Mohon tunggu...
Suryokoco Suryoputro
Suryokoco Suryoputro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Desa - Kopi - Tembakau - Perantauan

Berbagi pandangan tentang Desa, Kopi dan Tembakau untuk Indonesia. Aktif di Organisasi Relawan Pemberdayaan Desa Nusantara, Koperasi Komunitas Desa Indonesia, Komunitas Perokok Bijak, Komuitas Moblie Journalis Indonesia dan beberapa organisasi komunitas perantau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Obrolan Mantan Pendamping Desa di Bus Malam @KompasianaDESA

23 Januari 2025   21:11 Diperbarui: 23 Januari 2025   21:11 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terminal Pulo Gebang malam itu dipenuhi kesibukan yang biasa. Orang-orang bergegas dengan koper, tas, atau hanya membawa ransel sederhana. Lampu neon menerangi sudut-sudut terminal, sementara pengumuman keberangkatan terus terdengar dari pengeras suara. Di tengah keramaian, Rohmat berjalan dengan langkah santai, tiket bus di tangannya. Dia baru saja menyelesaikan pekerjaan dan memutuskan pulang lebih awal untuk bertemu keluarganya di Jawa Tengah.

Saat dia mencari pintu keberangkatan, sebuah suara memanggil namanya. "Rohmat? Ini kamu, ya?"

Rohmat berhenti dan menoleh, mencari sumber suara. Matanya membulat saat melihat seorang pria dengan senyum lebar. "Handoko! Ya ampun, lama banget kita enggak ketemu!" Mereka saling berjabat tangan dan langsung berpelukan, seperti dua saudara yang sudah lama berpisah.

"Kamu mau pulang ke mana?" tanya Rohmat sambil tersenyum.

"Ke Jogja, Mat. Kamu?"

"Aku juga! Wah, jangan-jangan kita naik bus yang sama," jawab Rohmat antusias. Mereka pun saling menunjukkan tiket, dan ternyata benar, mereka memang naik bus yang sama. Tidak hanya itu, mereka bahkan duduk bersebelahan.

"Ini kebetulan yang luar biasa," kata Handoko sambil tertawa. Keduanya segera naik ke dalam bus yang mulai dipenuhi penumpang. Bus malam yang nyaman itu memiliki kursi yang luas dan berjarak lega. Udara dingin dari AC menambah kesan rileks, sementara suara mesin bus yang halus menciptakan suasana tenang.

Setelah mereka duduk, bus mulai bergerak perlahan meninggalkan terminal. Rohmat menatap keluar jendela, melihat lampu-lampu kota Jakarta yang perlahan menjauh. Sementara itu, Handoko membuka obrolan.

"Jadi, sekarang kamu kerja di mana, Mat?" tanyanya sambil melepas jaket.

"Masih di bidang yang sama, Ko. Aku sekarang konsultan untuk proyek kementerian. Banyak kerjaan yang mirip waktu kita jadi pendamping desa dulu. Kalau kamu?"

Handoko tersenyum, matanya berbinar. "Aku sekarang supervisor di perusahaan tambang. Bagian pemberdayaan masyarakat. Pengalaman kita dulu waktu mendampingi desa itu ternyata sangat membantu aku dapat posisi ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun