Desa Nasional, momen yang sangat berharga untuk mengenang perjalanan panjang perjuangan desa di Indonesia. Hari ini ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2024 oleh Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo. Pemilihan tanggal ini merujuk pada lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang menjadi tonggak penting bagi pengakuan terhadap kemandirian desa.Â
Tanggal 15 Januari kini resmi menjadi HariIkuti Artikel tentang desa di Channel WhatsApp Kompasianer DESA : https://whatsapp.com/channel/0029VatkpDx6WaKtHIP0Dn1l
Penetapan Hari Desa Nasional tidak hanya dimaksudkan sebagai seremonial belaka, tetapi juga menjadi momentum refleksi untuk menghargai desa sebagai garda terdepan pembangunan bangsa. Desa harus diberi kepercayaan untuk mengelola dirinya sendiri berdasarkan ide dan kearifan lokal, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Desa.Â
Perjuangan Panjang Menuju PengakuanÂ
Undang-Undang Desa lahir dari perjuangan panjang para kepala desa dan perangkat desa yang dimulai sejak 2006. Aksi demonstrasi besar-besaran menjadi simbol perjuangan mereka untuk menolak PP 72 Tahun 2005, yang merupakan turunan dari UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. PP tersebut dianggap tidak memberikan ruang yang cukup bagi desa untuk berkembang.Â
Hingga akhirnya, pada 15 Januari 2014, lahirlah UU Desa sebagai hasil jerih payah para pemimpin desa. UU ini memberikan pengakuan (rekognisi) atas hak-hak desa dan mendorong subsidiaritas, yakni kepercayaan kepada desa untuk mengelola pembangunan secara mandiri.Â
Namun, perjuangan desa tidak hanya melibatkan para pemimpin desa, tetapi juga peran sejumlah tokoh nasional. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan perhatian awal terhadap isu-isu desa. Kemudian, Presiden Joko Widodo melanjutkan dengan komitmen luar biasa melalui realisasi dana desa sejak 2015. Dana desa ini menjadi landasan penting bagi pembangunan berbasis kearifan lokal.Â
Tak kalah penting, Prabowo Subianto adalah tokoh yang pertama kali menggagas pembentukan Kementerian Desa. Ide ini akhirnya direalisasikan oleh Presiden Joko Widodo pada 2014. Kini, saat Prabowo menjabat sebagai Presiden, nomenklatur kementerian disesuaikan menjadi Kementerian Desa dan Daerah Tertinggal. Fokus pada desa dan daerah tertinggal semakin diperkuat dengan astacita ke-6 Prabowo: membangun dari desa untuk mengentaskan kemiskinan.Â
Desa Harus Diberi Kepercayaan PenuhÂ
Hari Desa Nasional harus menjadi pengingat bahwa desa memiliki potensi besar untuk membangun dirinya sendiri. Undang-Undang Desa secara tegas memberikan hak rekognisi kepada desa untuk menjalankan pembangunan berdasarkan kearifan lokal. Namun, dalam praktiknya, desa sering kali tidak diberi ruang untuk menentukan arah pembangunan secara mandiri.Â
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi desa adalah kecenderungan kementerian dan lembaga negara membuat program yang membebankan pelaksanaannya kepada desa. Berbagai program seperti Desa Bersinar (Desa Bersih Narkoba) dari BNN, Desa Antikorupsi oleh KPK, Desa Bebas Stunting dari BKKBN, SDGs Desa dari Kementerian Desa, hingga Desa Cinta Statistik (Desa Cantik) dari BPS adalah contoh-contoh program yang seharusnya baik. Namun, sering kali program-program ini tidak disertai dengan dukungan SDM dan pembiayaan yang memadai dari instansi terkait. Akibatnya, dana desa yang sejatinya untuk pembangunan lokal justru terkuras untuk memenuhi tuntutan program-program tersebut.Â
Hal ini menimbulkan kesan bahwa desa hanya menjadi objek pelaksanaan program pemerintah pusat, tanpa diberi kepercayaan penuh untuk menentukan prioritas mereka sendiri. Padahal, desa memiliki kemampuan untuk membangun berdasarkan kebutuhan dan kearifan lokal masing-masing.Â
Momentum Hari Desa Nasional untuk RefleksiÂ
Peringatan Hari Desa Nasional adalah momen yang tepat untuk merefleksikan arah kebijakan desa di masa depan. Pemerintah pusat, termasuk kementerian dan lembaga, harus mulai mengubah pendekatan mereka terhadap desa. Desa bukan sekadar pelaksana program-program pusat, melainkan mitra yang setara dalam membangun bangsa.Â
Ketika kementerian atau lembaga memiliki program yang menyasar desa, maka seharusnya program tersebut dilengkapi dengan penyediaan sumber daya manusia, pelatihan, dan pembiayaan yang memadai. Dengan begitu, desa tidak terbebani, tetapi justru merasa didukung dalam menjalankan program-program tersebut.Â
Selain itu, perlu ada perubahan paradigma dari pendekatan yang bersifat top-down menjadi bottom-up. Desa harus dilibatkan sejak tahap perencanaan hingga evaluasi program. Hal ini sejalan dengan semangat UU Desa yang memberikan hak subsidiaritas kepada desa.Â
Kepercayaan Desa untuk Masa Depan yang Lebih BaikÂ
Ketika desa diberi kepercayaan penuh untuk mengelola pembangunan, hasilnya akan lebih efektif dan berkelanjutan. Desa memiliki pengetahuan lokal yang tidak dimiliki oleh pemerintah pusat. Mereka tahu apa yang terbaik untuk masyarakat mereka dan bagaimana mengelola sumber daya yang ada.Â
Keberhasilan pembangunan desa tidak hanya berdampak pada masyarakat desa itu sendiri, tetapi juga pada bangsa secara keseluruhan. Ketika desa maju, maka kemiskinan akan berkurang, kesejahteraan meningkat, dan Indonesia sebagai negara akan lebih kuat.Â
Hari Desa Nasional adalah pengingat bahwa desa adalah akar dari bangsa. Kepercayaan kepada desa adalah kunci untuk membangun Indonesia yang mandiri dan berdaya saing. Dengan memberikan kepercayaan penuh kepada desa, kita telah mengambil langkah besar menuju masa depan yang lebih baik.Â
Momentum ini harus dimanfaatkan untuk memperkuat sinergi antara desa dan supra-desa, memastikan bahwa pembangunan tidak hanya dilakukan dari atas ke bawah, tetapi juga dari bawah ke atas. Desa adalah fondasi bangsa, dan hari ini adalah saat yang tepat untuk memberikan mereka kepercayaan penuh untuk membangun masa depan.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI