Mohon tunggu...
Suryokoco Suryoputro
Suryokoco Suryoputro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Desa - Kopi - Tembakau

Berbagi pandangan tentang Desa, Kopi dan Tembakau untuk Indonesia. Aktif di Organisasi Relawan Pemberdayaan Desa Nusantara, Koperasi Komunitas Desa Indonesia, Komunitas Perokok Bijak, Komuitas Moblie Journalis Indonesia dan beberapa organisasi komunitas perantau

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Desa Krandegan: Inspirasi Transformasi Desa Berbasis Kreatifitas Kepala Desa

10 Januari 2025   11:28 Diperbarui: 10 Januari 2025   11:42 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dwinanto Kepala Desa Krandegan

Desa Krandegan, yang terletak di Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, telah mencatatkan dirinya sebagai desa mandiri pertama di wilayahnya. Di bawah kepemimpinan Kepala Desa Dwinanto, desa ini berhasil bangkit dari keterbatasan menjadi inspirasi nasional. Melalui kolaborasi strategis dengan sektor swasta, akademisi, dan masyarakat, Krandegan menunjukkan bagaimana inovasi dan kolaborasi dapat mengubah masa depan desa.

Membangun Desa dari Nol

Pada 2013, ketika Dwinanto pertama kali menjabat sebagai kepala desa, Desa Krandegan menghadapi banyak tantangan. Sebagian besar lahan pertanian di desa merupakan sawah tadah hujan, yang hanya memungkinkan petani panen satu atau dua kali setahun. Desa juga sering mengalami kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim hujan.

Dwinanto memulai perubahannya dengan memanfaatkan Corporate Social Responsibility (CSR). Ia menggandeng donatur untuk membangun sistem irigasi dengan pompa diesel. Hasilnya, sawah-sawah di desa dapat diairi secara gratis, memungkinkan peningkatan produksi pertanian. Namun, biaya operasional seperti pembelian BBM mencapai Rp500.000 per hari, sehingga solusi ini kurang berkelanjutan.

Pada 2021, Dwinanto memulai proyek konversi ke energi terbarukan. Dengan 57 panel surya yang mampu menghasilkan listrik sebesar 18.800 watt, desa kini dapat mengairi 35 hektare sawah tanpa biaya BBM. Transformasi ini tidak hanya mengurangi biaya operasional, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan.

Dwinanto Kepala Desa Krandegan
Dwinanto Kepala Desa Krandegan
Kolaborasi dengan Kampus dan Teknologi

Dwinanto juga menggandeng berbagai perguruan tinggi untuk menghadirkan solusi modern. Salah satunya adalah kerja sama dengan Pusat Studi Bencana UNS untuk membangun Early Warning System (EWS) banjir. Desa ini juga menjadi pionir dalam teknologi digital dengan bantuan mahasiswa Kampus Merdeka, yang membantu menyusun masterplan pembangunan desa tanpa biaya tinggi.

Keberhasilan ini berlanjut dengan inovasi yang dikelola melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Meski baru berjalan dua tahun, BUMDes Krandegan telah mencatat omzet lebih dari Rp1 miliar. Salah satu usahanya adalah penjualan aplikasi digital yang mendukung digitalisasi desa, tanpa menyaingi bisnis warga setempat.

Masyarakat sebagai Pilar Utama

Keterlibatan masyarakat adalah kunci keberhasilan Krandegan. Dwinanto mengedukasi warga untuk berkontribusi melalui zakat dan sedekah. Dana ini dikelola untuk program-program sosial, seperti:

  • Dapur umum untuk menyediakan makanan bagi keluarga miskin.
  • Pembagian baju baru setiap Lebaran untuk seluruh anak-anak desa.
  • Pengentasan kemiskinan melalui berbagai program berbasis solidaritas warga.

Pendekatan ini tidak hanya memperkuat solidaritas, tetapi juga menciptakan sistem pendanaan mandiri untuk kebutuhan yang tidak dapat dibiayai dana desa.

Inovasi yang Membawa Inspirasi

Kini, Desa Krandegan sering menjadi rujukan nasional. Teknologi sederhana tetapi efektif, seperti aplikasi pasar jasa digital, memudahkan warga mencari layanan seperti tukang pijat atau servis barang. Selain itu, proyek irigasi tenaga surya yang inovatif memungkinkan panen hingga tiga kali setahun, menjadikan Krandegan contoh nyata keberhasilan desa berbasis inovasi.

Kunci Keberhasilan: Kolaborasi Pentahelix

Dwinanto menerapkan pendekatan pentahelix, yang melibatkan lima elemen utama:

1. Pemerintah: Mendukung proyek infrastruktur seperti homestay dan irigasi.

2. Swasta: Menyediakan dana CSR untuk energi terbarukan.

3. Kampus: Memberikan riset dan pendampingan teknologi.

4. Media: Membangun citra positif desa di tingkat nasional.

5. Masyarakat: Berkontribusi aktif melalui zakat, sedekah, dan kerja gotong royong.

Pelajaran untuk Desa Lain

Perjalanan Desa Krandegan menunjukkan bahwa transformasi desa tidak hanya bergantung pada anggaran, tetapi pada kreativitas dan kolaborasi. Dengan inovasi teknologi, dukungan energi terbarukan, dan pemberdayaan masyarakat, Desa Krandegan telah membuktikan bahwa desa miskin pun bisa menjadi mandiri.

Apakah artikel ini menarik?

Apakah Anda memiliki koreksi atau pandangan lain?  Silahkan tinggalkan pesan di kolom komentar

Ikuti Artikel tentang desa di Channel WhatsApp Kompasianer DESA : https://whatsapp.com/channel/0029VatkpDx6WaKtHIP0Dn1l  

----

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun