Globalisasi menciptakan akses tidak terbatas terhadap informasi, konten, dan terutama budaya asing dari benua-benua di luar tanah air yang dengan mudah memasuki dan menyebar melalui setiap akun sosial masyarakat Indonesia, dewasa maupun anak-anak. Budaya dari Barat, Korea, dan Hindi menguasai sektor musik dan hiburan dalam negeri. Berbagai animasi kartun barat, drama Korea, dan sinetron dari India telah menjadi salah satu budaya yang terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari rakyat Indonesia. Anak muda dalam era globalisasi masa kini lebih menjunjung tinggi kebudayaan musik dan televisi asing yang menjauhi mereka dari pembelajaran sejarah, kepentingan Pancasila, dan susah payahnya Indonesia dalam meraih kemerdekaannya melalui pahlawan masa lampau. Televisi dan teknologi komunikasi Indonesia telah tercemari oleh budaya asing yang masuk tanpa batas dan hanya menguntungkan kebijakan diplomasi maupun paradiplomasi negara-negara asing yang mengeksploitasi kurangnya wawasan masyarakat Indonesia untuk maju dan berdiri berdasarkan identitas nasionalnya sendiri.Â
Tentunya, globalisasi bukan satu-satunya alasan mengapa wawasan nusantara Indonesia begitu rendah dan pelan dalam kalangan masyarakatnya sendiri. Indonesia masih merupakan negara berkembang dengan stabilitas politik dan ekonomi yang belum sepenuhnya stabil, sehingga prioritas utama masyarakat cenderung lebih kepada memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari daripada mengembangkan wawasan tentang identitas nasional. Dana untuk mengembangkan kualitas televisi, seperti sinetron dan animasi, belum sepenuhnya dapat bersaing secara internasional dengan negara-negara maju yang telah sukses berinvestasi dalam sektor-sektor internal mereka sejak abad ke-20 yang lalu. Persatuan Indonesia yang didasarkan oleh ideologi Pancasila masih dilihat sebagai lelucon oleh berbagai daerah seperti Papua, Timor Leste, dan Aceh secara historis. Daerah-daerah tersebut tidak mempunyai konsepsi integrasi tanah air yang kuat, sehingga menyebabkan kasus-kasus separatisme dalam daerah-daerah tersebut, memicu konflik militer dan tensi internasional.
Moralitas dan etika masyarakat Indonesia masih terkelabui oleh kerakusan dan sifat individualistik yang tetap berlanjut sejak datangnya para penjajah pada abad ke-17. Masyarakat Indonesia mudah termanipulasi oleh harta dan kekuatan yang melimpah; masyarakat pada masa pendatangan kolonialisasi tersebut tidak memikirkan fondasi persatuan yang diusulkan oleh sumpah Gajah Mada. Kelemahan masyarakat Indonesia dalam berintegrasi dan menghormati sesama membangun jembatan ketidakadilan di masa kini.Â
Aksi seperti korupsi, pembegalan, pertarungan, dan tawuran antar pihak-pihak berbeda, adanya etnosentrisme antaragama dan budaya, kurangnya perkembangan dalam efisiensi pendidikan maupun infrastruktur daerah, dan sumber daya manusia yang belum sepenuhnya dialokasikan menuju sektor-sektor perkembangan negara karena ekspektasi HRD yang rincu, spesialisasi sektor tertentu yang mengabaikan jurusan-jurusan kuliah, dan apatisme masyarakat dalam menghentikan kebudayaan berbahaya seperti membakar sampah dan membuang limbah beracun dalam perairan. Indonesia belum bisa maju secara maksimal. Ketergantungan kehidupan masyarakat terhadap budaya dan industri asing serta wawasan bela negara yang rendah akan menghambat progres Indonesia Emas 2045. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan lembaga pendidikan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang nilai-nilai budaya dan sejarah Indonesia agar dapat mengatasi pengaruh negatif globalisasi melalui penerapan pembelajaran bela negara sebagai salah satu kewajiban siswa-siswi Indonesia sebelum melanjutkan perkembangan ilmu dan edukasi mereka masing-masing.Â
- Integrasi seni tradisional dan sejarah dalam kurikulum
Peningkatan kerjasama antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan komunitas lokal juga dapat memperkuat implementasi nilai-nilai bela negara di lingkungan pendidikan. Generasi muda Indonesia akan lebih siap dan mampu untuk menghadapi tantangan globalisasi dengan tetap mempertahankan identitas dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Penghasilan pengumpulan pajak dan investasi asing harus dialokasikan menuju institusi-institusi pendidikan tersebut melalui kerjasama aktor-aktor negara tersebut untuk meratakan kesenjangan pendidikan bela negara yang maksimal. Seperti kelas sejarah maupun agama, bela negara harus mempunyai kumpulan materi dan praktik tersendiri untuk dipelajari dan dialami oleh siswa-siswi tersebut, mengimbangkan ilmu pengetahuan sains, sosial, agama, dan bela negara secara bersama-sama. Suatu proses yang dapat membangun fondasi intelektual dan kebanggaan nasionalisme setiap pelajar sebelum kelulusan mereka.Â
- Promosi acara dan kegiatan budaya di sekolah
Berbagai materi, seperti menganalisis aspek positif dan negatif globalisasi, penggunaan media sosial sebagai wadah promosi, dan integritas kerjasama masyarakat Indonesia, serta kepentingan lima unsur bela negara dalam kehidupan sehari-hari, dapat menjadi pembelajaran yang diterapkan bagi kelas bela negara dalam setiap institusi pendidikan Indonesia. Pembelajaran yang hanya berfokus pada memorisasi belum sepenuhnya memaksimalkan keterampilan dan kepedulian pelajar terhadap bela negara; dibutuhkan tugas proyek dan praktikum level lokal maupun nasional untuk mengembangkan pengalaman dan pemahaman pelajar terhadap kepentingan bela negara itu sendiri.Â
Proyek seperti pembuatan kampanye sosial media atau kampanye daerah di mana siswa-siswi dapat melakukan berbagai aktivitas seperti kerja bakti dengan kampung atau pedesaan sekitar, acara agamis dengan keluarga masing-masing, menciptakan program volunteering dalam membersihkan selokan, kali, atau lingkungan sekitar daerah dengan bantuan rakyat sekitar, acara teater atau dansa yang menunjukkan kesan budaya-budaya Indonesia yang berbeda yang dapat dipromosikan melalui poster ataupun sosial media.Â
Semua materi dan praktik tersebut membangun rasa kebanggaan dan kemampuan bela negara pemuda-pemudi generasi baru Indonesia dalam membangun prosperitas negara pada Indonesia emas 2045 nantinya. Formulas pendidikan dan sumber daya manusia yang merugikan miliaran pajak masyarakat dapat akhirnya mendapatkan pergantian secara perlahan, meskipun belum maksimal.Â
- Studi Kasus tentang Pelestarian Budaya yang Berhasil melalui Pendidikan