Mohon tunggu...
Surya Sedana Putra
Surya Sedana Putra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Sedang belajar menulis tentang investasi

Selanjutnya

Tutup

Financial

Belajar Investasi dari Reksadana

26 November 2020   15:18 Diperbarui: 26 November 2020   15:23 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak Kenal Maka Tak Sayang. Peribahasa tersebut sering kita dengar dan sangat kental dengan berbagai hal yang dapat mempengaruhi minat seseorang. Tanpa mengenal akan sulit untuk membuat keputusan yang akan diambil. Seperti halnya dalam memutuskan untuk membeli sebuah produk, misalnya orang bisa ragu untuk mengambil keputusan apakah membeli atau tidak sebelum tahu persis tentang produk itu. Sebagai contoh Anda akan membeli mobil. Tentu Anda sudah tahu apa itu mobil, fungisnya, harganya, hingga di mana dapat membelinya. Begitu juga dengan investasi, tanpa mengenal terlebih dahulu tentang investasi, orang akan cenderung ragu untuk berinvestasi.

Ada dua jenis investasi, yakni riil dan non riil (investasi keuangan). Untuk investasi keuangan sendiri banyak macamnya, mulai dari saham, obligasi, reksadana, dan deposito. Apabila Anda sudah mulai tertarik dengan yang namanya investasi di sektor keuangan, bisa memilih instrumen yang sesuai dengan kebutuhan, artinya kenali risikonya.

Bagi Anda yang sama sekali belum pernah berinvestasi di instrumen tersebut, jangan takut dan mengurungkan niat hanya karena tidak tahu caranya. Salah satu investasi yang bisa dilakukan bagi pemula adalah reksadana, karena dianggap sebagai investasi yang paling mudah dijangkau dan dilakukan oleh para investor pemula. Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek.

Marojahanet al.(2014) menjelaskan bahwa berinvestasi dalam reksadana memiliki beberapa kelebihan yang dapat memudahkan investor, yaitu: Pertama, Hemat waktu. Berinvestasi dalam skala besar seperti saham atau obligasi jelas memerlukan waktu yang tidak sedikit karena kita harus memantau perkembangan harga saham di pasaran. Akan tetapi, dengan reksa dana kita tidak perlu menghabiskan waktu karena semua proses dilakukan oleh manajer investasi. Kita juga tidak perlu bingung tentang kapan membeli dan kapan menjual saham, karena manajer investasi lebih lihai dalam mengalokasikan dana investor pada saham yang tepat.

edua, Profesional. Reksa dana merupakan jenis investasi yang dijalankan dengan profesional. Selain karena pengelolaannya dijamin oleh pemerintah, reksadana dikelola oleh pihak manajer investasi yang profesional pula. Manajer investasi akan melakukan riset, penelitian, serta mengamati perkembangan dari perdagangan sekuritas sehingga reksa dana optimal dan memperoleh return yang diharapkan.

Jenis-Jenis Reksa Dana 

Berikut Jenis jenis dari reksa dana yang ada di Indonesia :

  1. Reksadana Pendapatan Tetap. Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari dana yang dikelola (aktivanya) dalam bentuk efek bersifat utang.
  2. Reksadana Saham. Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari dana yang dikelolanya dalam efek bersifat ekuitas.
  3. Reksadana Campuran. Reksadana yang mempunyai perbandingan target aset alokasi pada efek saham dan pendapatan tetap yang tidak dapat dikategorikan ke dalam ketiga reksadana lainnya.
  4. Reksadana Pasar Uang. Reksadana yang investasinya ditanam pada efek bersifat hutang dengan jatuh tempo yang kurang dari satu tahun. Sedangkan reksa dana terproteksi adalah produk reksa dana yang menempatkan mayoritas portofolio pada efek yang bersifat utang korporasi dalam kategori layak investasi (investment grade).

Risiko Investasi Reksadana 

Untuk melakukan investasi Reksa Dana, Investor harus mengenal jenis risiko yang berpotensi timbul apabila membeli Reksadana.

  1. Risiko menurunnya NAB (Nilai Aktiva Bersih) Unit Penyertaan. Penurunan ini disebabkan oleh harga pasar dari instrumen investasi yang dimasukkan dalam portofolio Reksadana tersebut mengalami penurunan dibandingkan dari harga pembelian awal. Penyebab penurunan harga pasar portofolio investasi Reksadana bisa disebabkan oleh banyak hal, di antaranya akibat kinerja bursa saham yang memburuk, terjadinya kinerja emiten yang memburuk, situasi politik dan ekonomi yang tidak menentu, dan masih banyak penyebab fundamental lainnya. 
  2. Risiko Likuiditas. Potensi risiko likuiditas ini bisa saja terjadi apabila pemegang Unit Penyertaan reksadana pada salah satu Manajer Investasi tertentu ternyata melakukan penarikkan dana dalam jumlah yang besar pada hari dan waktu yang sama. Istilahnya, Manajer Investasi tersebut mengalami rush (penarikan dana secara besar-besaran) atas Unit Penyertaan reksadana. Faktor luar biasa tersebut di antaranya berupa situasi politik dan ekonomi yang memburuk, terjadinya penutupan atau kebangkrutan beberapa emiten publik yang saham atau obligasinya menjadi portofolio Reksadana tersebut, serta dilikuidasinya perusahaan Manajer Investasi sebagai pengelola Reksadana tersebut.
  3. Risiko Pasar. Risiko Pasar adalah situasi ketika harga instrumen investasi mengalami penurunan yang disebabkan oleh menurunnya kinerja pasar saham atau pasar obligasi secara drastis. Istilah lainnya adalah pasar sedang mengalami kondisi bearish, yaitu harga-harga saham atau instrumen investasi lainnya mengalami penurunan harga yang sangat drastis. Risiko pasar yang terjadi secara tidak langsung akan mengakibatkan NAB (Nilai Aktiva Bersih) yang ada pada Unit Penyertaan Reksadana akan mengalami penurunan juga.
  4. Risiko Default. Risiko Default terjadi jika pihak Manajer Investasi tersebut membeli obligasi milik emiten yang mengalami kesulitan keuangan padahal sebelumnya kinerja keuangan perusahaan tersebut masih baik-baik saja sehingga pihak emiten tersebut terpaksa tidak membayar kewajibannya. Risiko ini hendaknya dihindari dengan cara memilih Manajer Investasi yang menerapkan strategi pembelian portofolio investasi secara ketat.

Reksadana bukan hanya untuk meminimalkan risiko tapi dapat dijadikan untuk melipatkan hasil investasi. Terbukti bukan hanya investor pribadi, tapi juga investor korporatpun, seperti perusahaan yang bergerak dalam bidang dana pensiun, asuransi, multi finance dan lain-lain ikut menginvestasikan pada reksadana. Keberadaan fintec dan kemudahan transaksi reksadana di situs jual beli sangat berpengaruh meningkatkan jumlah investor. Adanya aplikasi berbasis android yang dapat diunduh melalui ponsel juga mendorong investor lain terutama investor muda untuk ikut serta berinvestasi di pasar modal. Apalagi investasi minimal yang diperbolehkan cukup terjangkau bagi para investor muda.

Bagaimana cara memulai beli dan jual Reksadana? Cara yang paling mudah yaitu ikut Reksadana Online. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun