Mohon tunggu...
surya ramadhana
surya ramadhana Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang saat ini bekerja di BPS Kabupaten Buru Selatan, Maluku

Badan Pusat Statistik

Selanjutnya

Tutup

Trip

"Lampu Kuning" Pariwisata Maluku

19 Juli 2019   22:29 Diperbarui: 19 Juli 2019   22:33 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maluku merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang sudah termasyhur akan keindahan alamnya. Provinsi 'Negeri Raja-raja' ini memiliki 1000 lebih pulau yang memiliki potensi parisiwata yang begitu besar, sebut saja contohnya pantai dengan pasir terhalus di dunia ada di Maluku, tepatnya di Kabupaten Maluku Tenggara.  Pantai Jikumerasa di Pulau Buru, pantai Ora, dan pantai-pantai lainnya.

Selain wisata alam, Maluku juga memiliki pariwisata di bidang lain. Wisata kuliner misalnya,  sajian ikan segar dengan sambal colo-colonya bisa ditemukan hampir di seluruh daerah di Maluku. Selain itu, kota Ambon yang saat ini sedang berproses untuk menjadi Kota Musik, yang mana bisa meningkatkan pariwisata melalui bidang musik (ekonomi kreatif). Pun telah banyak musisi yang mengakui bahwa Maluku adalah gudangnya musisi yang bertalenta di tingkat Nasioal maupun Internasional.

Dengan segala potensi pariwisata Maluku, sayangnya hal tersebut belum mampu meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Statistik terbaru menyebutkan Provinsi Maluku masih menjadi provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi keempat secara nasional. Sejalan dengan kemiskinan, tingkat pengangguran terbuka juga menunjukan angka yang tinggi sebesar 6,91% (kondisi Februari 2019). Hal ini merupakan ironi ditengah anugerah besar yang diberikan Tuhan kepada Negeri Raja-raja ini melalui potensi pariwisatanya.

Keindahan alam Maluku sebenarnya tidak kalah dengan daerah lain yang sudah baik pengelolaan pariwisatanya, misalnya Bali dan Nusa Tenggara Barat. Namun , terbentangnya jarak yang jauh dengan ibukota merupakan persoalan belum menemui titik terang.

Untuk berwisata ke Maluku transportasi paling cepat adalah melalui udara. Namun semenjak harga tiket pesawat melambung, industri pariwisata Maluku semakin terpukul. BPS mencatat sektor transportasi mengalami inflasi sebesar 18,10 persen secara tahunan di Kota Ambon. Sedangkan trasportasi di Kota Tual mengalami inflasi 20,63 persen secara tahunan. Angka inflasi transportasi yang begitu tinggi disebabkan melonjaknya harga tiket pesawat. Hal tersebut sangat berdampak terhadap berkurangnya wisatawan di Maluku. Mereka akan mengalihkan pilihan pariwisatanya ke daerah yang lebih ramah kantong. Wisatawan enggan singgah ke daerah yang untuk transportasi saja sudah habis banyak uang.

Terbukti dengan angka okupansi hotel berbintang yang menunjukan okupansi terendah secara nasional per April 2019. Berdasarkan data yang dirilis BPS Provinsi Maluku tingkat penghunian kamar hotel bulan April hanya sebesar 34,15% turun 9,92 poin dibandingkan periode sama pada tahun lalu. Bisa dibilang hanya sepertiga kamar yang terisi di hotel-hotel berbintang yang ada di Maluku.

Angka-angka statistik tersebut adalah bukti bahwa pariwisata Maluku sedang mengalami ujian eksistensi. Berharap dengan pariwisata bisa membantu ekonomi masyarakat lokal tetapi nyatanya tidak banyak wisawatan yang berkujung ke daerah ini.

Sebaik apapun pengelolaan pariwisata daerah jika aksesnya tidak menguntungkan wisatawan maka pariwisata lokal akan menjadi prasasti semata. Bayangkan tahun lalu penerbangan termurah Jakarta-Ambon hanya sekitar 900 ribu tetapi saat ini harganya melonjak 3 kali lipat. Tentu wisawatan akan memilih daerah wisata yang lebih murah ongkosnya.

Pariwisata yang unggul sejatinya bisa menumbuhkan titik-titik ekonomi baru yang berdaya saing, khusunya ekonomi kreatif. Industri makanan lokal, oleh-oleh, penginapan bisa ikut tumbuh jika pariwisatanya bisa hidup dengan baik. Pariwisata bisa menolong kesejahteraan masyarkat lokal. Sedikit banyak Maluku bisa beranjak dari kemiskinan dengan industri pariwisata yang sehat.Tidak seperti saat ini yang istilhanya 'hidup segan, mati tak mau'.

Pemerintah daerah perlu memikirkan persoalan ini. Memang, pengaturan harga transportasi udara ada pihak pemerintah pusat dan maskapai. Namun pemerintah daerah diharapkan mempunyai solusi-solusi alternatif untuk membantu pariwisata lokal tumbuh. Misalnya mengadakan kegiatan nasional berskala besar di Provinsi Maluku untuk menambah angka wisatawan. Meski hanya solusi sementara tetapi patut dicoba.

Solusi jangka panjangnya adalah terus mendorong pemerintah pusat agar menurunkan harga tiket penerbangan. Iktiar untuk memajukan pariwisata Maluku adalah bentuk rasa syukur kita semua atas limpahan berkat kepada Tuhan YME karena telah memberikan alam yang begitu indah ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun