Mohon tunggu...
sur yanto
sur yanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Snack

Cek sini : http://www.tenongan.com/

Selanjutnya

Tutup

Diary

Isi Hati Kita Sama Pak...

20 Februari 2021   11:50 Diperbarui: 20 Februari 2021   11:54 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari saya mendapat pesanan snack. Pesanan ini sebenarnya masih lama, sekitar 6 hari lagi dan minta dikirim sore jam 17.00 wib. Pesanan ini berisi 4 macam snack seperti kue ku, sosis ayam, kacang dan onde-onde. Ibu ini sudah menjadi langganan di lapak jajanan saya dan sudah beberapa kali pesan snack. Sehingga selanjutnya tinggal wa ke nomer yang sudah disimpan pada HP nya.

Biasanya jika ada pesanan snack seperti ini, akan saya pesan sehari sebelumnya dan semua bisa membuatkan sesuai dengan jam yang kami sepakati untuk melakukan COD. Pada hari dimana pesanan tersebut saya ambil, ada satu produsen snack yang saat kami bertemu, bertanya dengan nada yang sedih.

"Mas, apakah dengan kondisi ini, kamu masih bisa "jalan"? Kata produsen tersebut.

Terus terang, dari nada dia bertanya, saya hanya tersenyum saja. Bingung mau jawab apa. Karena memang kondisi sedang lesu di semua sektor ekonomi (ini yang saya amati di sekitar saya, tidak usah jauh-jauh). Saat saya tersenyum tersebut, bapak produsen tenongan ini melanjutkan bicaranya yang seolah menguatkan hatinya sendiri.

"Yang penting disyukuri aja ya mas, biarpun mepet...?", lanjutnya.

Saya mengangguk saja, sambil masih tersenyum kecil. Dan itulah yang sedang bapak produsen pembuat snack rasakan. Kalau dulu pembeli dari lapak jajanan pasar dari kelas menengah kebawah, maka mereka sekarang juga berfikir berkali-kali lipat untuk sekedar jajan. Karena kondisi kerjaan yang tidak pasti. Bahkan sebagian sudah ada yang di PHK tanpa pesangon yang sesuai dengan masa kerja mereka.

Di sisi lain, sebagai pedagang juga merasakan hal yang sama. Kalau biasanya pesanan datang dari adanya pertemuan, rapat dan acara rutin lain, maka saat ini semua itu sudah tidak ada. Dan banyak hanya mengandalkan dari jualan di lapak setiap hari. Alhamdulillah kami masih bisa dan berusaha untuk bertahan. Bagaimana dengan beberapa teman yang harus diliburkan dari pabrik tempat mereka bekerja? Tidak sedikit pula.

Dengan kondisi yang seperti ini maka, banyak sekali pelajaran yang bisa kita dapatkan diantaranya :

1. Kita bisa mengatur keungan yang ada dengan sebaik-baiknya. Tidak mudah untuk membelanjakan dengan sesuatu yang benar-benar tidak penting.

2. Pelajaran bagi kita betapa pentingnya "saving" atau cadangan dari pendapatan kita setiap saat. Sehingga bisa digunakan saat dibutuhkan seperti kondisi sekarang ini. Meskipun nantinya akan mengeluarkan pundi-pundi kekayaan kita yang lain.

3. Menjaga kesehatan dan kebersihan setiap kali keluar rumah

4. Banyak bersyukur dan mendekat pada Yang Maha Kuasa. Karena saya meyakini, jika semua keadaan ini sudah menjadi satu hal yang digariskan dan bagaimana kita berbuat dengan kondisi ini. Akankah kita sabar menjalani, atau berkeluh kesah dengannya

Harapan kita semua, semoga segera diangkat pandemi ini dan aktifitas masyarakat bisa kembali normal seperti biasa. Mungkin bagi sebagian orang tidak masalah, seperti pegawai negeri yang tidak akan berkurang pendapatannya.

Berbeda dengan pegawai pabrikan, pedagang atau wiraswasta lainnya. Bahkan mereka yang dari pabrik dikeluarkan atau mengalami kondisi tidak pasti, banyak yang banting setir, juga jualan apapun yang bisa ditawarkan. Semakin banyak penjual, namun geliat pembeli juga tidak begitu nampak. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun