masker, yang kemudian berlaku esok harinya. Lalu, bagaimana adaptasi masyarakat terhadap ketentuan tersebut?
Tepat pada tanggal 17 Mei 2022 lalu, Presiden mengumumkan kebijakan dalam hal pelonggaran terhadap pemakaianSebelumnya, mari kita runtut awal mula kita mengenal alat pelengkap yang satu ini.
Pada masa pandemi, kita mengenal pemakaian masker hanya sebagai salah satu cara dalam menerapkan protokol kesehatan. Namun, semakin berjalannya waktu, masyarakat semakin akrab dengan pelengkap kesehatan ini.Â
Kelekatan hubungan masyarakat dengan masker juga terlihat dari prilaku konsumen yang mulai mempertimbangkan tipe, warna, serta desain masker yang ingin dibeli. Sebagian masyarakat tidak ingin sekadar 'punya'.
"Saya sekarang jadi nggak malu kalau keluar rumah (selama pakai masker), Nduk. Kan mulutnya nggak kelihatan kalau lagi senyum gini, haha." Kata seorang nenek pedagang pasar yang membisikkan pada saya bahwa gigi depannya tinggal satu biji.Â
Beberapa teman juga mengatakan bahwa masker menjadikan mereka lebih percaya diri. Saking terbiasanya, masker memiliki nilai tambah tersendiri pada penampilan seseorang.Â
Bahkan, sudah menjadi hal yang umum melihat orang sekitar memakai masker, jauh berbeda saat pandemi belum datang. Â Lalu, apakah setelah pelonggaran penggunaan masker ini, seketika setiap orang akan mencopot maskernya saat di luar rumah?
Bagi saya, era pandemi selama 2 tahun telah cukup mendidik manusia untuk peduli terhadap dirinya sendiri dan lingkungan sekitar. Jerih lelah pemerintah, baik dalam memberikan vaksin maupun booster kepada masyarakat, mendisiplin setiap kerumunan, memberikan sosialisasi tentang protokol kesehatan (termasuk masker), sudah selayaknya membuahkan hasil dengan mulai memberanikan diri dalam memberikan kelonggaran terhadap penggunaan masker saat ini, yang tentunya dengan harapan bahwa setiap orang yang memilih membuka masker maupun memakainya, sepenuhnya sadar akan konsekuensi yang telah dibuat.
Contoh, saat berolah raga di ruangan terbuka, sangat disarankan untuk melepas masker. Namun, saat badan tidak fit atau sedang menaiki kendaraan bermotor, akan lebih baik untuk memakai masker.
Masker adalah pengingat bahwa kita pernah berjuang melewati pandemi; pengingat bahwa kecerobohan diri juga dapat berdampak fatal terhadap lingkungan sekitar; pengingat bahwa kita memiliki tanggung jawab dalam memilihara alam dan seisinya, termasuk  ras kita sendiri. Manusia.
Jadi, copot masker atau tetap pakai?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H