Dari Sumedang, saya lanjut ke Tanjungsari dan Sukasari. Daerah yang belum pernah saya kunjungi, sehingga jalannya terasa asing bagiku. Tujuannya untuk kunjungan pada SMP Darul Muttaqien Boarding school.Â
Sebelumnya, saya singgah terlebih dahulu di SMP Plus Bina Insan Harapan di Tanjungsari. Sudah lama belum dikunjungi, ingin mengenal lebih jauh kepada warga sekolah. Maklum, semenjak jadi pengawas, baru kali ini berkunjung ke Tanjungsari.
Sepanjang perjalanan, kami bertiga menumpang mobil baris tiga. Melewati rumah H. Umuh yang terkenal sebagai bos Persib. Begitu sampai di lokasi, guru dan kepala sekolah menyambutnya. Kami berbincang-bincang terkait perkembangan sekolah. Sambil memperkenalkan diri sebagai pengawas baru.Â
Sebagai sekolah swasta, tentu banyak kendala yang dihadapi. Mulai dari siswa yang sedikit dan guru yang berpindah tempat karena menjadi PPPK. Namun, tidak menyurutkan langkah semua guru dan siswa untuk belajar.Â
Dalam kesempatan berbincang, kepala sekolah mengatakan, "tahun ini jumlah siswa baru berkurang". Hal tersebut menjadi salah satu tantangan pada tahun ajaran baru. Bagaimana caranya mempromosikan diri? Untuk meraih kepercayaan orang tua siswa.Â
Itulah yang menjadi tantangan dalam mengembangkan sekolah swasta, meraih trust dan memiliki nilai tambah.Â
Setelah dari Tanjungsari, kami melaju ke wilayah Sukasari. Kecamatan yang berbatasan langsung dengan Jatinangor. Jalan terjal yang dilalui dan berkelok, membuat dag-dig-dug jantung. Karena baru pertama kali, kami meminta bantuan Google map untuk mencarikan lokasinya.Â
Saat sampai dilokasi, kesan pertama sangat menakjubkan. Pemandangan yang indah, karena di atas pegunungan. Di balik gunung Manglayang yang eksotis, terdapat gedung pesantren Darul Muttaqien yang dikelilingi kebun ubi dan petani ba
ko.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H