Bala-bala merupakan makanan berbahan dasar tepung yang dicampur dengan berbagai macam sayur-sayuran. Sayuran yang dimasukkan pada adonan tepung diantaranya kol, wortel, dan tauge.Â
Bala-bala sendiri berasal dari Sunda dengan arti "bala" yaitu berantakan atau tidak karuan. Karena membuat bala-bala dengan cara digoreng yang tidak karuan bentuknya.Â
Pada awalnya bala-bala berasal dari Tionghoa. Tetapi di negara Tionghoa namanya bakwan, "bak" artinya bola dan "wan" artinya daging. Sehingga kalau diartikan, bakwan itu bola daging yang digoreng.Â
Karena terjadi akulturasi budaya dan pada saat itu di tatar Sunda untuk mendapatkan daging hanya orang-orang yang kaya. Maka masyarakat Sunda mengganti daging dengan sayur-sayuran seperti yang tersedia di alam.
Akan tetapi, dari zaman dahulu sampai sekarang. Bahan membuat bala-bala belum ada yang berubah dari segi inovasinya, masih sama seperti dulu.Â
Ada kol dan wortel saja sebagai campuran adonan tepungnya. Dan penjualannyapun masih tradisional yang dijajakan oleh pedagang kaki lima dipinggir jalan serta warung makan atau kantin sekolah.
Apa hubungannya dengan pembelajaran?
Inovasi dalam pembelajaran sangat diperlukan dalam era disrupsi kali ini. Menghadapi murid generasi Z, tentu menyesuaikan dengan perkembangan zamannya. Sekarang bukan zamannya lagi seorang guru berdiri didepan kelas kemudian memberikan ceramah bertubi-tubi pada murid.Â
Sekarang bukan zamannya lagi, seorang guru mengajar sesuai dengan urutan materi pada buku paket yang tersedia di sekolah. Seiring perubahan zaman yang terus bergerak dengan cepat.Â
Perubahan cara mengajar menjadi sebuah keniscayaan yang tidak dapat dihindari lagi. Perlu adanya inovasi dan kebaruan dalam strategi mengajar, supaya gurunya tidak ditinggalkan murid. Gurunya didepan kelas, muridnya malah tidur atau sering keluar kelas karena pembelajarannya membosankan.