Mohon tunggu...
Suryan Nuloh Al Raniri
Suryan Nuloh Al Raniri Mohon Tunggu... Guru - Pengawas Sekolah

Penulis dan Conten Creator

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

AI dan Teman Hidup Guru

14 Juli 2024   07:04 Diperbarui: 14 Juli 2024   07:09 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebanyak 11.341 guru, kepala sekolah dan pengawas mengikuti pelatihan Gemini Academy. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, 13 Juli 2024 secara daring. Kemendikbud, ristek bersama Refo Indonesia melanjutkan kolaborasi untuk melatih para guru, kepala sekolah dan pengawas mengenai kecerdasan buatan (AI). Tujuan dari program ini adalah membangun literasi AI, menggunakan AI dengan aman dan bertanggung jawab, menjelajahi peluang dan tantangan dari AI untuk pendidikan, meningkatkan kreativitas dan produktivitas dengan AI. 

Apa itu kecerdasan buatan (AI)?

Menurut Robert L. Solso dalam buku Psikologi Kognitif ( 2019), kecerdasan buatan (AI) diartikan secara luas sebagai cabang dari ilmu komputer yang berhubungan dengan pengembangan komputer dan program-progrm komputer yang mampu meniru fungsi kognisi manusia. 

Tantangan pertama dari kegiatan ini, semua peserta menuliskan harapannya saat menggunakan AI.

Apa yang diharapkan dari AI?

Salah seorang peserta menuliskan harapannya yaitu menjadi teman hidup untuk membantu masalah hidup secara cepat, tepat dan akurat

Waah, ini bahaya tidak ya. Sudah mendelegasikan kecerdasan buatan sebagai teman hidupnya. Padahal AI hanya sebuah tools untuk membantu saja, bukan dijadikan teman hidup yang semuanya tergantung pada AI. Saya jadi ingat lagu dari Doel Sumbang berjudul AI, meskipun ditujukan pada seseorang bernama Ai. Tetapi maknanya relevan dengan zaman disrupsi kali ini. Salah satu lirik lagunya, "Ark mungkir, euweuh alesan keur mungkir" (mau mundur tapi tidak ada alasan untuk mundur), Asp endag ku Ai (Asep mencintai AI).

Semuanya karena AI, ketergantungan sama AI. Dari mulai dijadikan teman hidup menyelesaikan masalah sampai jodoh juga akan ditanyakan pada AI. Teknologi hanya bisa mempercepat dan mempermudah saja dalam membantu sisi kognitif manusia. Begitu juga dengan pendidik, AI tidak bisa menggantikan peran seorang pendidik yang harus menyentuh hati setiap siswa agar terjadi human relation yang memanusiakan manusia. Ada batasan tertentu bagi pendidik dalam menggunakan teknologi AI, seperti perencanaan pembelajaran dan asesmen dapat menggunakan AI. 

Baru-baru ini ditemukan, ada seorang mahasiswa yang membuat artikel yang sangat bagus dengan tulisan yang sistematis, tetapi setelah ditelusuri ternyata menggunakan bantuan AI. Hal ini terungkap setelah diuji lewat argumentasi oleh dosennya. 

Jadi bijaklah dalam menggunakan teknologi AI. Jangan sampai AI menghambat proses berpikir kreatif dan kritis manusia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun