Mohon tunggu...
Titi Suryani
Titi Suryani Mohon Tunggu... Mahasiswa - A student at Andalas University

A writer with a deep interest in international education and mental health. Sharing insights on global learning and the importance of mentall well-being.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengenal Lebih Dalam Tentang "Anxiety Disorder"

12 Oktober 2024   17:45 Diperbarui: 12 Oktober 2024   18:02 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anxiety disorder atau gangguan kecemasan , merupakan salah satu masalah kesehatan mental yang semakin sering dihadapi oleh masyarakat modern. Di tengah kehidupan yang semakin cepat dan penuh tekanan, gangguan kecemasan telah menjadi masalah yang umum di masyarakat. Menurut data dari World Health Organization (WHO), sekitar 1 dari 13 orang di seluruh dunia mengalami gangguan kecemasan, dan angka ini terus meningkat. Kecemasan telah menjadi hal yang umum, namun seringkali diabaikan. Dalam artikel ini, saya akan membahas apa itu gangguan kecemasan, penyebabnya, dan berbagai cara untuk mengatasi kondisi ini.

Apa Itu Anxiety?

Anxiety atau gangguan kecemasan adalah istilah yang mencakup berbagai kondisi, termasuk gangguan kecemasan umum (GAD), gangguan panik, fobia sosial, dan gangguan obsesif-kompulsif (OCD). Penderitanya seringkali merasakan ketakutan yang berlebihan, kekhawatiran yang tidak beralasan, dan perasaan terjebak dalam pikiran negatif. Menurut data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 264 juta orang di seluruh dunia menderita gangguan kecemasan, yang menunjukkan angka yang tinggi.

Penyebab Anxiety

  • Faktor Genetik
  • Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan riwayat keluarga yang memiliki gangguan kecemasan lebih berisiko mengalaminya. Gen tertentu dapat mempengaruhi cara otak merespons stres. Selain faktor lingkungan, genetik juga memainkan peran penting dalam kecenderungan seseorang terhadap gangguan kecemasan. Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan riwayat keluarga yang memiliki gangguan kecemasan lebih mungkin untuk mengalaminya sendiri.
  • Pengalaman Traumatis
  • Mengalami peristiwa traumatis, seperti kecelakaan, kehilangan orang terkasih, atau kekerasan, dapat memicu kecemasan yang berkepanjangan.
  • Stres Lingkungan
  • Tuntutan pekerjaan, masalah keuangan, atau hubungan yang buruk dapat menyebabkan tekanan emosional yang berkontribusi pada perkembangan gangguan kecemasan. Salah satu penyebab utama gangguan kecemasan adalah stres lingkungan. Tekanan dari pekerjaan, hubungan sosial, dan tanggung jawab sehari-hari dapat memicu perasaan cemas. Misalnya, pekerja yang menghadapi deadline ketat sering kali mengalami kecemasan yang berkepanjangan.
  • Perubahan Kimia Otak
  • Ketidakseimbangan neurotransmitter, seperti serotonin dan dopamin, dapat mempengaruhi suasana hati dan tingkat kecemasan.

Tanda dan Gejala Anxiety

  • Beberapa tanda-tanda dan gejala anxiety yang bisa dilihat diantaranya yaitu:
  • Ketakutan yang tidak beralasan dan berulang
  • Kesulitan tidur atau insomnia
  • Sulit berkonsentrasi
  • Keringat berlebihan atau detak jantung yang cepat
  • Perasaan cemas atau gelisah yang berlangsung lama

Dampak Anxiety

Beberapa dampak dari gangguan kecemasan tersebut adalah:

  • Kualitas Hidup

Gangguan kecemasan tidak hanya mempengaruhi kesehatan mental, tetapi juga kualitas hidup secara keseluruhan. Seseorang yang mengalami kecemasan sering kali merasa terasing, sulit menjalani rutinitas sehari-hari, dan kehilangan minat dalam aktivitas yang sebelumnya mereka nikmati.

  • Hubungan Sosial

Dampak lain dari gangguan kecemasan adalah terganggunya hubungan sosial. Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan seseorang menarik diri dari interaksi sosial, yang akhirnya memperburuk rasa kesepian dan ketidakpuasan.

Cara Mengatasi Anxiety

Menghadapi gangguan kecemasan bukanlah hal yang mudah, tetapi ada berbagai cara yang dapat membantu individu untuk mengelolanya. Berikut adalah beberapa pendekatan yang dapat diterapkan:

  • Terapi Psikologis

Salah satu metode yang paling efektif untuk mengatasi gangguan kecemasan adalah terapi kognitif perilaku (CBT). Terapi ini membantu individu mengidentifikasi pola pikir negatif dan menggantinya dengan cara berpikir yang lebih positif. Terapi kognitif perilaku (CBT) telah terbukti efektif dalam mengatasi gangguan kecemasan. Terapi ini membantu individu untuk mengenali dan mengubah pola pikir negatif yang memperburuk kecemasan mereka.

  • Pengobatan

Dokter dapat meresepkan obat antidepresan atau anti-kecemasan untuk membantu menyeimbangkan zat kimia di otak. Namun, pengobatan ini harus digunakan dengan pengawasan medis.

  • Teknik Relaksasi

Menggunakan teknik seperti meditasi, yoga, dan pernapasan dalam dapat membantu meredakan gejala kecemasan. Aktivitas fisik juga berperan penting dalam mengurangi stres dan meningkatkan suasana hati.

  • Dukungan Sosial

Berbicara dengan teman, keluarga, atau bergabung dengan kelompok dukungan dapat memberikan ruang untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan dukungan emosional.

  • Pendidikan Diri

Mempelajari lebih lanjut tentang gangguan kecemasan dapat membantu individu memahami kondisi mereka dan menemukan strategi yang tepat untuk mengatasinya.

Gangguan kecemasan adalah tantangan kesehatan mental yang semakin relevan di tengah dinamika kehidupan modern. Seiring dengan meningkatnya tekanan dari berbagai aspek kehidupan, seperti pekerjaan, hubungan sosial, dan tanggung jawab sehari-hari, semakin banyak individu yang mengalami gejala kecemasan yang mengganggu. Penyebabnya bervariasi, mulai dari stres lingkungan hingga faktor genetik, menunjukkan kompleksitas kondisi ini yang memerlukan pendekatan holistik untuk penanganannya. Dampak dari gangguan kecemasan tidak hanya terbatas pada kesehatan mental, tetapi juga meluas ke berbagai aspek kehidupan, termasuk kualitas hidup secara keseluruhan. Individu yang mengalami kecemasan sering kali merasa terasing, sulit menjalani aktivitas sehari-hari, dan mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan sosial yang sehat. 

Rasa cemas yang berlebihan dapat mengakibatkan penurunan produktivitas, konflik interpersonal, dan bahkan masalah kesehatan fisik, seperti gangguan tidur dan gangguan pencernaan. Namun, penting untuk diingat bahwa gangguan kecemasan dapat dikelola dan diatasi. Terapi kognitif perilaku (CBT) telah terbukti efektif dalam membantu individu mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif yang memperburuk kecemasan mereka. Selain itu, praktik mindfulness dan teknik relaksasi, seperti meditasi dan yoga, dapat memberikan alat tambahan untuk mengurangi gejala dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

Masyarakat juga memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental. Dengan meningkatkan kesadaran tentang gangguan kecemasan, stigma yang sering mengelilinginya dapat diminimalkan, mendorong lebih banyak individu untuk mencari bantuan profesional tanpa merasa tertekan atau malu. Edukasi dan dukungan dari keluarga, teman, serta organisasi kesehatan mental sangat penting untuk menciptakan jaringan dukungan yang kuat bagi mereka yang berjuang melawan kecemasan.

Akhirnya, meskipun gangguan kecemasan adalah kondisi yang menantang, dengan pemahaman yang baik dan dukungan yang tepat, individu dapat menemukan jalan menuju pemulihan. Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan keterbukaan untuk mencari bantuan adalah langkah awal yang krusial. Dengan begitu, kita dapat berharap untuk menciptakan masyarakat yang lebih sehat, lebih bahagia, dan lebih saling mendukung dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Sumber

Journal of Anxiety Disorders
https://www.journals.elsevier.com/journal-of-anxiety-disorders

Cognitive Behavioral Therapy for Anxiety Disorders (e-book)
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK174658/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun