Mohon tunggu...
SuryaniSPd
SuryaniSPd Mohon Tunggu... Guru - Guru TK

Pendidikan :SDN 1 Semanding SMPN 2 Gombong SMA Muhammadiyah Gombong

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bagaimana Membangkitkan Rasa Percaya Diri Anak?

11 Agustus 2021   14:07 Diperbarui: 11 Agustus 2021   14:11 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepercayaan diri merupakan sikap ataupun keyakinan atas kemampuan dirinya sendiri, sehingga dalam saat melakukan tindakan apapun tidak sering merasa cemas, memiliki rasa tanggung jawab atas keputusan dan tindakan yang dilakukan, serta merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan keinginannya dalam batas-batas norma yang ada.

Rasa percaya diri adalah sesuatu yang penting untuk memiliki oleh setiap manusia, begitupuin oleh anak-anak. Namun, rasa percaya diri tidak dapat berdiri sendiri, diperlukan adanya harga diri yang cukup kuat untuk menopangnya.

Kepercayaan diri anak berakar pada pengertian akan kemampuanya dalam mengatasi kegagalan, mencapai tujuan yang positif, kemampuan menangani diri sendiri, serta bersikap tenang dalam berbagai masalah dan situasi anak akan belajar Seni kehidupan dasar dengan cara mencontoh dan mendengarkan arahan-arahan orang tua. Untuk itulah, orang tua perlu memiliki kepercayaan dan harga diri yang kuat.

Anak perlu dibangun harga dirinya oleh orang yang mencintainya, terutama kedua orang tuanya. Anak perlu mengetahui bahwa dicintai, dan benar-benar bernilai dimata kedua orang tuanya.

Untuk dapat mewujudkan anak yang mempunyai harga diri dan kepercayaan diri yang kuat, ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua yakni diantaranya adalah :

  • Katakan orang tua sangat mengasihi dan menyayangi anak, lalu peluklah.
  • Anak belum tentu mengetahui bahwa orang tua sangat menyayangi dan mengasihaninya bila tidak diekspresikan, baik melalui kata-kata maupun dengan pelukan.
  • Dengan begitu anak, merasa bahwa orang tua sangat menyayangi dan mengasihi mereka dengan sepenuh hati. Hal ini akan membuat anak sangat berarti dan berharga bagi orang tua.
  • Mempelajari dan mempunyai seni memberi pujian.
  • Anak-anal perlu dipuji jika melakukan sesuatu yang dianggap berat oleh anak. Misalnya : “ibu bangga Mas Fahmi selalu rajin ikut sholat berjamaah di masjid padahal masih ngantuk ya?”. Agar pujian dan penghargaan itu mempunyai efek positif, maka pujian tersebut harus sungguh-sungguh dan diberikan secara pribadi.
  • Meminta maaf kepada anak jika diperlukan.
  • Anak perlu mengetahui bahwa ada kalanya orang tua punya kesalahan dan menyesali perbuatanya. Mintalah kepada anak agar mau memaafkan kesalahan orang tua. Anak akan belajar bahwa meminta maaf bukanlah kelemahan, namun sebuah kekuatan. Bila hal itu dilakukan, anak akan belajar bahwa meminta maaf bukan berarti kehilangan kehormatan serta harga diri.
  • Karena hal tersebut akan menenangkan jiwa anak dari pada orang tua berdebat dengan anak untuk membenarkan diri.
  • Jangan membiarkan anak mengkritik dirinya.
  • Ada kalanya anak mengalami kegagalan dalam melakukan anak tugasnya, namun kegagalan dalah hal tersebut tidak berarti anak itu gagal sebagai anak, yakinkan anak agar kritikan terhadap diri terbatas pada hasil tindakan misal, seorang anak  mengatakan dirinya bodoh tidak mampu menghaal do’a seperti temanya, maka yakinkan kepada anak bahwa dia tidak bodoh, cuma kurang bersungguh-sungguh saat menghafal karena sambil asyik mainan.
  • Biarkan anak mengajari orang tua tentang sesuatu.
  • Biarkan anak merasa dihargai jangan menanyakan bagaimana memainkan mainanya, misal saat bermain sambil belajar, “Fahmi, kalu sholat subuh rokaatnya dua atau tiga?”, betapa bangga sang anak bila dia mampu menjadi orang yang dipandang dan dicari sebagai instruktur yang berharga.
  • Meminta tolong dan mengucapkan terimakasih kepada anak.
  • Selaku orang tua perlu mengatakan “tolong” pada anak, “Terima kasih” anak sudah melakukan perintah orang tua, mengatakan “permisi” dan ucapan “saya senang” perlu dibiasakan dalam berkomunikasi dengan anak.
  • Pastikan anak memiliki tabungan.
  • Dengan cara menabung, maka anak merasa mempunyai kekayaan rahasia, sehingga dapat menunda keinginanya, menjadi tahu dia sedang mengumpulkan uang untuk barang yang diinginkanya. 
  • Beri anak kemampuan untuk mengatasi penolakan.
  • Ketika anak ditolak bermain bersama oleh temanya-temanya orang tua perlu membantu anak mengintrospeksi diri, adakah hal yang tidak baik telah dilakukan oleh anak? Lalu dorong anak untuk mengakui kesalahannya, dengan memberi gambaran dan pengertian tentang penolakan serta cara menghadapinya, maka anak akan percaya diri dan lain waktu anak dapat mempertahankan harga dirinya.
  • Mempunyai galeri untuk hasil karya anak.
  • Anak akan merasa bangga dan dihargai bila orang tua memamerkan hasil karya mereka di tempat yang mudah dilihat orang lain.
  • Tidak mencela anak.

Dengan mencela, anak akan berpikir betapa buruknya dirinya dihadapan orang tuanya. Orang tua dapat menunjuk pada tingkah laku tertentu yang tidak disetujui, tapi tanpa merendahkan karakter, reputasi dan kepribadian anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun