Tunggu, tidak hanya itu. Dua orang adik laki-lakiku bahkan rela menembus derasnya hujan juga melewati banjir nan tinggi dari satu tempat ke tempat lainnya. Dengan wajah tetap penuh senyum, kedua tangan mereka menenteng banyak bungkusan makanan. Kemana? Mereka datang membawakan makanan untuk teman-temannya yang juga kurang aman tetapi tidak mau tinggal sementara ke posko rumah biru. Wajah mereka basah oleh air hujan, tapi betapa senyum itu tetap tersungging. Begitu ringan hati mereka jalan selangkah demi selangkah menerobos banjir. Oh Tuhan, betapa beruntungnya aku memiliki mereka semua.
Posko Rumah Biru dan segala cerita yang terjadi bagai meneguhkan pemahaman dan keyakinan yang selama ini kupegang. Ya, bahwa peduli itu bukan tentang tugas dan tanggung jawab siapa, tapi peduli adalah sebuah pilihan. Untuk peduli, bukan tentang bisa atau tidak bisa, tetapi tentang mau atau tidak mau. Mereka, kawan juga adik-adikku, bisa memilih untuk aman nyaman di rumah masing-masing. Bukankah itu hak mereka? Mereka, kawan juga adik-adikku, juga bisa memilih berkata tidak karena alasan bukan tugas dan tanggung jawabnya. Namun, peduli itu adalah pilihan. Dan mereka memilih untuk peduli.Â
Wahai kawan juga adik-adiku,
Tak terbilang rasa syukur dan bangga bisa memiliki kalian semua
Nyatanya sama, persis saat pandemi dulu meluluhlantakan segala asa
Kita bisa melalui hari-hari berat kemarin dengan baik-baik saja
Kita bisa melaluinya dengan sama-sama
Maka teruslah menghidupkan akar empati dan peduli itu
Biarkan ia tumbuh kokoh mengagumkan dan mengajarkan banyak orang di luar sana
Bahwa peduli itu memang sebuah pilihan
Bahwa peduli itu tidak berbatas perkara hak dan kewajiban
No One Left Behind
Dekap erat terus prinsip itu dimanapun dan kapanpun kaki kita melangkah
The Crew Hotel
Deli Serdang
25 Maret 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H