Mohon tunggu...
Retno Suryani
Retno Suryani Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis untuk mengikat kenangan

Konsultan Lingkungan, Senang bertemu masyarakat dan anak-anak, Sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kupu-Kupu di Balik Benteng Berdinding Kaca

12 Maret 2023   03:00 Diperbarui: 12 Maret 2023   05:59 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku berdiri mematung di tempat biasa, mengusap pelan benteng berdinding kaca ini. Lihatlah, benteng ini menjulang begitu tinggi. Sangat tinggi. Dinding benteng ini juga demikian tebal. Sangat tebal. Saking tinggi dan tebalnya aku tak pernah mampu untuk menaklukannya. Aku tak pernah kuasa menemukan celah untuk dapat memasukinya

Aku berdiri menatap baik-baik benteng berdinding kaca ini seperti biasanya. Lihatlah, betapa dinding benteng  ini tampak jernih memamerkan isi di balik kekokohannya. Dari tempatku berdiri disini, aku dapat melihat dengan jelas kuning kelopak bunga alamanda lebat bermekaran di antara daunnya yang hijau segar.  Di sekitarnya tumbuh dengan indah lili, mawar, juga anggrek beraneka warna. Indah. Sangat indah.

Aku masih berdiri di tempat biasa. Mengusap pelan dinding benteng ini. Betapa selama ini aku selalu berusaha untuk menaklukkannya. Betapa dalam setiap doa selama ini aku berharap dapat menemukan pintunya. Ah, topeng baik-baik saja yang hari hari ini kupasang erat-erat pun akhirnya terlepas begitu saja. Mata yang selama ini kupaksa kering akhirnya basah juga. Dalam senyap di balik benteng berdinding kaca itu, aku akhirnya tergugu dalam tangis kehilangan.

 "Aku harus pergi bersama pemilikku, seorang gadis manis bergaun putih bersih. Kami akan tinggal sama-sama di sebuah rumah yang juga banyak tumbuh bunga."

Kata pamitnya pada kali terakhir kami bicara berbatas benteng berdinding kaca itu kembali menyeruak memenuhi ingatanku. Aku masih ingat dengan baik setiap potong kalimatnya saat itu. Aku masih ingat dengan baik juga ekspresi kebahagiaannya. Ya, ia sangat bahagia akan bersama pemiliknya.

"Betapa selama ini aku sangat ingin menjadi gadis yang beruntung itu, dapat menembus benteng berdinding kaca ini dan memilikimu, kupu-kupu istimewaku."*

Kupu-kupu itu sungguh indah. Kedua sayapnya bewarna biru langit tenang nan gagah dengan warna hitam tegas di setiap batas tepinya. Di atas warna hitam tegas itu, berderet titik kuning jingga selembut warna langit senja.  Aku jatuh hati sejak pertama kali melihatnya di balik benteng kaca ini 6 tahun lalu.

Kupu-kupu itu sungguh indah. Aku awalnya selalu takut-takut untuk melihatnya lebih dekat. Namun, betapa ia hangat bersahabat. Setiap kali aku datang, ia terbang rendah menyapaku. Ya, ia yang berada di dalam benteng kaca itu terbang rendah mensejajari tinggi ku. Ia membiarkanku melihat dengan jelas keindahan sayapnya meski harus berbatas benteng kaca yang amat tinggi dan kokoh ini.

Kupu-kupu itu selalu menyapaku lebih dulu setiap kali aku datang di balik dinding kaca ini. Ia ringan bertanya tentang hariku, tentang perjalananku, juga tentang banyak hal yang sedang kuperjuangkan di luar sana. Aku selalu dibuat terkesan dengan keindahan sayapnya, dengan keelokan cara terbangnya.

Kupu-kupu yang selalu baik itu membuatku sering datang ke balik benteng berdinding kaca ini. Aku berdiri lama-lama di tempat ini, menunggunya datang terbang rendah mensejajari kedua mataku. Tak pernah lama. Ya, ia tak pernah membuatku menunggu lama. Segera ia selalu datang ketika aku berdiri disini, terbang dengan elok kedua sayapnya.

Ia selalu mau mendengarku, meski berkali aku datang dengan cerita yang sama. Aku memang selalu bertemu ekspresi datarnya. Namun, betapa berbicara dengannya selalu membuatku menjadi baik-baik saja. Ya, ia memang tak pandai menyusun kata-kata, tetapi betapa ajaib setiap kalimat pendeknya. Kalimat-kalimatnya selalu punya tenaga menghadirkan harap di tengah gelap. Berbicara dengannya pun membuatku belajar dan tumbuh. Ya, tumbuh lebih berani dan kuat. Tumbuh untuk mencipta asa dan karya dengan semangat. Tumbuh lebih hebat menebar manfaat.

Berdiri di balik benteng berdinding kaca ini pun kemudian menjadi candu buatku. Ya, berdiri lama-lama bercerita dengannya menjadi sepotong bahagia dalam hidupku. Meski harus selalu berbatas dinding benteng yang demikian tinggi dan amat kokoh.*

Aku masih berdiri di balik benteng berdinding kaca ini. Mataku sedari tadi basah dengan semua ingatan tentangnya, kupu kupu istimewa itu. Hatiku seperti penuh sesak terisi rasa sakit kehilangan. Berkali aku menghapus air mata, berkali pula ia jatuh menetes pelan mengurai kesedihan.

Menemui bahagia darinya atas demikian banyak potongan kesedihan dalam hidupku telah mencipta harap dan menyulam angan. Aku selalu berusaha keras mencari celah benteng ini. Aku tak pernah berhenti melangitkan doa penuh harap agar menemukan pintu nya. Ya, aku sangat ingin bisa bersamanya, mengulurkan tangan dan membiarkannya hinggap di jari-jariku. Aku ingin bisa bercerita kepadanya tanpa harus berbatas benteng berdinding kaca ini lagi.

Harap itu pun menguap. Mimpi hanya tinggal mimpi. Kupu-kupu indah di balik benteng berdinding kaca ini tak lagi bisa kutemui. Ia telah mengucap pamit untuk ikut pergi pemiliknya yang sejati.

"Aku tahu ini berat untukmu, tetapi aku selalu yakin kamu akan mampu melewati seperti biasanya. Kamu akan mampu melalui seperti sebelum-sebelumnya.", harapnya ketika kali terakhir terbang elok di depan mataku di balik benteng berdinding kaca ini.

Kupu-kupu di balik benteng berdinding kaca itu pun telah pergi menyisakan luka pada hati yang dulu ia sembuhkan dengan hebatnya ***

Hai kupu-kupu indah yang dahulu selalu kutemui di balik benteng berdinding kaca ini. Berkali aku keras berupaya dan berdoa, benteng berdinding kaca ini memang tidak akan pernah runtuh untukku. Teruslah terbang tinggi dengan elok tanpa lupa merendah menengok bumi bersama pemilikmu yang sejati. Dan yaa, seperti harapmu aku akan berusaha tetap tumbuh baik-baik saja tanpamu.  

Belitung Timur, 12 Maret 2023

03.00

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun