"Bahagia itu adalah saat kamu bisa bersyukur. Dan menjadi orang yang pandai bersyukur itu bisa ditempuh dengan sering-sering melihat ke bawah, ke orang-orang yang lebih tidak beruntung. Sungguh, Tuhan telah memberikan banyak nikmat yang tak terkira, kita saja sebagai manusia yang seringkali tidak bisa melihat juga merasakannya."
Dan melihat seorang suami sabar mengantar istrinya ke ruang psikiater, melihat istri begitu sabar menunggu suaminya mengantre obat, melihat orang tua mendampingi anak-anaknya dengan tabah dalam proses terapi, juga melihat anak-anak berbesar hati membimbing orang tuanya melangkah memasuki ruang periksa, aku sungguh menjadi belajar satu definisi baru tentang cinta, tentang mencintai.Â
Selama ini, aku mendefinisikan perasaan mencintai itu lebih dengan makna memberi dan mendoakan. Hari itu, aku menambah lagi satu definisi mencintai : menerima. Hari itu, aku paham bahwa mencintai tidak sekadar memberi tanpa syarat, tetapi juga menerima dengan lapang dada. Menerima kelemahan pasangan kita, menerima ketidaksempurnaan orang-orang yang kita cintai. Menerima dengan terus memberi suport dengan tulus. Menerima dengan terus mengkokohkan perasaan mereka supaya tidak jatuh, tidak berkecil hati, dan juga tidak putus asa.
Ibu, semoga aku bisa lebih bijak dalam menenangkan resahmu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H