Dokumen Pribadi
Kontributor: Pengajar Rebana
Kebudayaan menjadi sentral identitas tersendiri pada sebuah kelompok sosial masyarakat. Kebudayaan dipahami sebagai sebuah cipta, karya, dan karsa yang terbentuk dan berkembang pada sebuah kelompok masyarakat. Koentjaraningrat menjelaskan bahwa kebudayaan merupakan seluruh sistem gagasan, rasa, tindakan, dan karya yang dihasilkan manusia dengan cara belajar dari aktivitasnya sehari-hari.Â
Salah satu identifikasi suatu hal bisa dikatakan kebudayaan adalah bila hal tersebut dapat dipelajari dan diwariskan. Tidak terkecuali kebudayaan yang memiliki nilai religi. Dusun Sarirejo sendiri memiliki banyak kebudayaan yang khas, salah satunya adalah kesenian rebana.
Kesenian sendiri merupakan salah satu bukti majunya sebuah kebudayaan. Karena di dalamnya terdapat nilai, estetika, dan fungsi yang berguna bagi masyarakat. Salah satunya adalah untuk media pembelajaran dan hiburan. Sedangkan seni rebana merupakan salah satu genre musik yang tertua di Nusantara.
Bila ditinjau kebelakang dari latar Sejarah, kemunculan kesenian rebana/hadrahh belum diketahui secara pasti awal kemunculannya. Namun ada yang menyebutkan keberadaan kesenian ini sudah ada di Nusantara sejak abad ke- 13 Â M Â dibawa oleh Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi, Yaman. Beliau datang ke Nusantara untuk berdakwah dan menggunakan media seni rebana sebagai salah satu strategi untuk masuk di tengah sosial masyarakat.
Kegemaran masyarakat Sarirejo dalam membaca selawat
Ketika mencermati aktivitas sosial masyarakat Dusun Sarirejo, kami menangkap bahwa kultur seni dan budaya di wilayah ini sangat kental. Salah satunya adalah kebiasaan berselawat. Hal tersebut kami buktikan dengan pujian sehabis azan yang mengumandangkan selawat untuk menunggu jemaah. Selain itu, bila malam jumat tiba kami menemui fakta kalau di setiap mushola dan masjid yang jumlahnya tidak sedikit, secara serentak mereka membaca kitab maulid diba'.
Mengetahui hal tersebut lantas kami ikut bergabung. KKN kami yang berjumlah 25 orang berpencar untuk ikut agenda malam jumat dengan membaca selawat. Sungguh keindahan tersendiri bagi kami yang jarang menemukan sebuah dusun yang ramai dengan bacaan maulid diba'. Khusyu, suara merdu, dan damai dengan lembut merasukki jiwa kami.
Bermula Mengajar TPQ hingga dipasrahkan untuk mengajar rebana
Selama masa KKN di Dusun Sarirejo, kami ikut membantu mengajar di Taman Pendidikan Al Quran (TPQ). Salah satunya di Yayasan Mambaul Quran yang di asuh oleh Kiai Matoya. Saat kami tanyakan apakah di sini ada kesenian? Beliau menjawab ada, yaitu kesenian rebana.
"Kalau mas bisa bermain  rebana, boleh kalau mau berbagi ilmu di sini!" ujar Kiai Matoya sore itu.
Berhubung salah satu dari kami ada yang menggeluti kesenian rebana, akhirnya kami memutuskan untuk mengajar rebana di Yayasan Mambaul Quran tersebut. Saat latihan pertama kali, tampak sekali antusiasme dari para santri yang ingin belajar kesenian ini. Maka dari itu, kami putuskan untuk meluangkan waktu di setiap malam rabu dan minggu untuk belajar bersama tentang kesenian rebana.
Kesenian adalah soal hati, bukan ingin dipuji
Kegiatan ini di pandu oleh Wachid H dari UIN Sunan Kalijaga dan Diana dari UIN Walisongo. Mereka menekankan bahwa belajar kesenian rebana itu basic paling dasar adalah menggunakan hati. Dalam kesenian ini ada dua kategori yaitu: pemain alat dan vokal. Dari kedua hal tersebut jelas harus memiliki hubungan dan keselarasan yang tepat. Kerja tim menjadi tolak ukur paling vital untuk terbentuknya alunan melodi dan vokal yang baik.
Untuk alat yang ada dalam kesenian ini antara lain: Rebana, Bass, Teplak (sejenis ketipung), tamborin, dan lain-lain. Kegiatan ini cukup mendapatkan apresiasi yang baik dari Kiai Matoya. Selain itu, Beliau berharap acara latihan bersama ini bisa membawa manfaat.
Belajar dengan konsep sederhana, tetapi hasilnya luar biasa
Dengan metode ketukan dasar dan pola sederhana, para pengajar berusaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Mereka menjelaskan meski dengan pukulan sederhana (ketukan dasar) akan tetapi bila latihan ini dilakukan secara konsisten maka hasilnya akan luar biasa. Baik yang belajar alat maupun mendalami teknik vokal.
Salah satu santri yang bernama Novita menceritakan pengalamannya, "Terimakasih pada kakak-kakak KKN yang sudah berbagi ilmu pada kami. Jujur, ini latihan yang menyenangkan dan pastinya menambah wawasan kami. Selain itu besar harapan kami latihan ini terus dilaksanakan selama kakak-kakak masih di sini".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H