minggu menyihirku
duduk diam di bangku Stasiun Palmerah
menunggu kedatangan keretamu
yang membawa beribu-ribu mimpi perubahan
dan kamu, meskipun dengan tubuh mengering
akan memekik merdeka
selayak pemuda zaman revolusi
bukankah lusa kita akan merayakan satu-satunya yang kita miliki
cinta atas negeri yang terlahir dengan penghabisan doa dan darah
angin kemarau bertiup penuh
menghembus umbul-umbul kemerdekaan
siang menepi kian sunyi
kereta berhenti
aku tak menemukanmu
peluit kereta melengking menyayat lengang
kenapa tak datang
bukankah lusa kita akan merayakan satu-satunya yang kita miliki
cinta atas negeri yang terlahir dengan penghabisan doa dan darah
Jakarta, Â 15 Agustus 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H