Mohon tunggu...
SURYANI INDAH PRATIWI
SURYANI INDAH PRATIWI Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengembangan Modul Ajar dengan Pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT)

23 September 2024   11:50 Diperbarui: 23 September 2024   12:05 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengembangan Modul Ajar dengan Pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT) dokpri

Dalam konteks pendidikan saat ini, keberagaman budaya di dalam kelas menjadi faktor penting yang harus diperhatikan. Culturally Responsive Teaching (CRT) adalah pendekatan yang menekankan pentingnya memahami dan menghargai latar belakang budaya siswa untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih relevan dan efektif. Artikel ini membahas bagaimana mengembangkan modul ajar yang menerapkan pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT) dalam pembelajaran.

Apa itu Culturally Responsive Teaching?

CRT adalah metode pengajaran yang berfokus pada pengakuan dan penghargaan terhadap budaya siswa. Pendekatan ini bertujuan untuk mengintegrasikan pengalaman budaya siswa dalam proses belajar, sehingga menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendorong keterlibatan aktif. Modul ajar dengan pendekatan CRT adalah suatu perangkat pembelajaran yang dirancang dengan mempertimbangkan keragaman budaya siswa. Modul ini tidak hanya berisi materi pelajaran, tetapi juga aktivitas pembelajaran yang relevan dengan konteks budaya siswa. 

Tujuannya adalah untuk membantu siswa menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman hidup mereka sehari-hari.  Berikut langkah-langkah pengembangan modul ajar dengan pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT). Pertama, guru perlu memahami latar belakang budaya siswa di kelas, hal ini dapat dilakukan melalui observasi atau diskusi, di mana siswa dapat membagikan pengalaman dan budaya mereka. Informasi ini akan menjadi dasar dalam merancang modul ajar. Setelah mengetahui keberagaman budaya siswa, langkah selanjutnya adalah mengintegrasikan konten budaya mereka ke dalam materi pembelajaran. 

Misalnya, dalam pelajaran Bahasa Indonesia materi teks deskripsi , guru dapat menambahkan kebudayaan yang relevan dengan topik yang diajarkan misalnya peserta didik diminta untuk mendeskripsikan kebudayaan mereka, baik dari makanan khas, tempat bersejarah, dan adat istiadat setempat. Selain itu guru juga dapat menggunakan berbagai metode pengajaran yang sesuai dnegan gaya belajar siswa. Metode seperti diskusi kelompok, proyek berbasis budaya, dan penggunaan media dari berbagai budaya dapat meningkatkan keterlibatan siswa. Selanjutnya, guru juga dapat rancang aktivitas pembelajaran yang mengaitkan materi dengan budaya siswa. Misalnya, dalam pembelajaran bahasa, siswa dapat diajak untuk menulis cerita atau puisi yang mencerminkan budaya mereka sendiri. Aktivitas ini tidak hanya meningkatkan pemahaman materi tetapi juga memperkuat identitas budaya siswa.


Setelah modul ajar dilaksanakan, penting untuk melakukan evaluasi dan mendapatkan umpan balik dari siswa.  Tentunya untuk membantu guru memahami sejauh mana pendekatan CRT berhasil diterapkan dan bagaimana modul dapat ditingkatkan.

Manfaat Pendekatan CRT dalam Modul Ajar

  1. Meningkatkan Keterlibatan Siswa. Karena dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan pengalaman budaya siswa, mereka akan lebih termotivasi dan terlibat dalam proses belajar.
  2. Mendorong Pembelajaran yang Lebih Mendalam
    Siswa akan lebih mudah memahami dan mengingat materi yang relevan dengan kehidupan dan budaya mereka.
  3. Membangun Lingkungan Belajar yang Inklusif.
    Pendekatan CRT menciptakan ruang bagi semua siswa untuk merasa dihargai dan diperhatikan, sehingga meningkatkan rasa percaya diri mereka.
  4. Mengembangkan Keterampilan Sosial dan Empati.
    Dengan memahami dan menghargai budaya lain, siswa akan mengembangkan keterampilan sosial dan empati yang penting dalam kehidupan sehari-hari

Manfaat modul ajar CRT

Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar karena materi pelajaran relevan dengan kehidupan mereka. Siswa dapat lebih mudah memahami materi pelajaran karena dihubungkan dengan pengalaman mereka. Guru dapat membangun hubungan yang lebih positif dengan siswa karena menghargai keberagaman budaya mereka.Semua siswa merasa dihargai dan diterima dalam lingkungan belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun