Pelaku bisnis baliho bisa jadi adalah pengusaha termakmur beberapa tahun belakangan. Dulu sekali, baliho cuma populer sebagai media penyampai informasi terbatas. Isinya kebanyakan woro-woro sebuah perhelatan. Agar diketahui publik. Sejak era pemilihan langsung kepala daerah, baliho jadi pilihan alat kampanye calon. Maka , bertebaranlah baliho-baliho memenuhi semua ruang strategis di ranah publik. Ukuran nya beradu panjang dan tinggi.
Seperti anekdot tentang warung Padang dan pecel lele yang selalu ada ditiap tikungan dan lapak kosong. Baliho persis serupa itu, tidak ada celah ruang kosong yang boleh terlewat. Jadilah nasi Padang, pecel lele dan baliho trio sekawan yang setia diperempatan dan lahan manapun yang menyisakan ruang. Bedanya, baliho memiliki keunggulan karena masih bisa memunggungi pohon, memantati tiang listrik atau apapun yang bisa jadi tumpuan.
Cerita baliho sudah terlalu jamak. Anggap saja cerita usang. Lama-kelamaan, karena dihujani baliho, akhirnya publik terbiasa. Keluhan, kritik menjadi basi dan klise. Tapi ternyata demam baliho belum berlalu. Semakin kronis malah. Untuk baliho bergambar calon kepala daerah dengan janji kampanyenya, ya sudahlah. Mau bagaimana lagi. Agar dikenal pemilih, itu cara yang mereka pilih. Memampangkang hasil cetak foto sebesar-besarnya diatas baliho.
Biar pemilih familiar dengan raut wajah, postur tubuh, kumis, tai lalat, peci. Mungkin sampai codet, jerawat batu, lesung pipi atau apapun yang bisa jadi penanda. Para pengguna teknik ini penganut teori komunikasi klasik bahwa cara untuk mempengaruhi penerima pesan adalah dengan menyuntikkan pesan diatas baliho. Nah yang saat ini memuncak, demam memasang baliho dengan foto menular hingga perkara diluar pemilihan kepala daerah.
Indonesia indah – pendapat yang tidak terbantahkan. Tapi itu jauh sebelum foto pejabat diatas baliho memenuhi ruang-ruang strategis di jalan umum. Parahnya, terjadi hampir merata se Indonesia Raya. Bukan hanya baliho yang sifatnya temporer. Bahkan sampai ke ruang pajang promosi berbayar ataupun milik pemerintah yang cuma-cuma. Kerap bersembunyi dibalik Iklan Layanan Masyarakat. Isinya pesan, himbauan dari si pejabat A atau si pejabat B atau kepala daerah X atau kepala daerah Y. Memang bukan memuat pesan kampanye seperti “Bapak Rakyat Sejati, “Pilihan Wong Cilik” atau “Santun, Cerdas, Amanah”.
Pesan semacam itu hanya lazim di masa kampanye. Tipe pesan yang banyak beredar dengan foto pejabat . Tipikal yang kedua biasanya dimulai dengan kalimat seperti “ dengan semangat …. , atau “mari sukseskan …..” . Atau gerakan sosial yang didorong oleh pejabat semacam “praktekkan perilaku hidup bersih dan sehat ” , “Wujudkan Kota Beriman” atau “Makan dengan tangan kanan” . Di masa Ramadhan dan hari raya, foto baliho marak dengan seruan religius , himbauan dan ucapan selamat berhari raya.
Sindroma narsis ternyata bukan cuma milik kaum muda, massa alay dan cabe-cabean. Bukan pula hanya di media sosial berbasis internet. Sindroma narsistik menyebar lebih laju dari virus. Hingga mengenai pejabat melalui baliho dengan foto yang ukurannya lebih raksasa dari kulkas dua pintu. Sering juga bersama pasangan. Jikapun bukan perilaku narsis, mungkin ada motif lain agar dikenal misalnya. Demi popularitas, atau sebagai investasi awal jika hendak mencalonkan diri menjadi kepala daerah. Padahal, jika esensinya adalah pada pesan yang hendak disampaikan, lalu dimana signifikansi dan rasionalisasi meletakkan gambar diri bersama pasangan.
Setampan dan seanggun apapun foto diatas pesan, tidak akan bermakna banyak bagi mereka yang lalu-lalang. Pohon, taman, rerumputan saat ini berhias baliho dengan foto. Kabel listrik yang sudah kusut dan saling bersilang, sekarang bersaing dengan pesan berfoto pejabat. Jadi polusi visual yang tidak nyaman dimata. Republik ini sungguh cantik. Tapi sekali lagi, itu jauh sebelum pejabat merasa harus memajang fotonya bersama pasangan ditepi jalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H