Beberapa hits lain yang ditunggu  seperti lay your hands on me, bed of roses dan I’ll be there for you , blaze  of glory  dan always sayangnya   tidak masuk dalam playlist. Â
Di usia 53 tahun , Bon Jovi masih menunjukkan stamina yang prima.  Selintingan penonton menyampaikan kesannya  bahwa    lengkingan suaranya  tidak lagi mampu menjangkau nada sulit  seperti  saat  muda. Meskipun demikian  sama sekali tidak mengurangi kepuasan penggemarnya. Lagipula, menua toh proses alam. Tidak ada yang salah.  Bon Jovi masih  jadi idola.
Saat lebih dari duapuluh lagu tuntas dibawakan,  kostum penonton yang dominan hitam  telah basah dengan keringat setelah ikut    berjingkrak dan beteriak bernyanyi.  Barulah  terasa, kaki pegal, pinggang  dan punggung tidak nyaman. Ternyata,  seperti Bon Jovi yang tidak lagi berada pada puncak staminanya dan sedikit lebih kalem, penontonnya  juga demikian. Tuh kan,  tidak ada yang salah dengan menua. Bon Jovi   bersama band nya yang memulai karir di New Jersey layak disebut legenda musik Rock dunia. Beruntunglah kami yang bisa menyaksikannya live. Â
Â
Seorang penonton  menceritakan kepada kami betapa ia begitu menanti pertunjukan malam ini. Saat konser ‘95 lalu, ia tidak memiliki cukup uang. Harga tiket yang dibandrol 45 ribu rupiah saat itu tidak terjangkau. Uang yang dimiliknya kurang 7000 ribu rupiah dan membuatnya batal ikut menonton. Di konser 2015, ia membawa serta  istri dan anaknya untuk membayar tuntas  keinginannya yang tidak tercapai dua puluh tahun lalu. Fanatisme memang sering  tidak terjangkau logika.  Fanatisme itu jugalah yang mendorong ribuan penonton  membanjiri  GBK.   Tidak perduli dengan harga tiket yang harus dibayar. Belum lagi banyak penonton yang khusus datang dari luar Jabodetabekdep.  Ketidaksempurnaan penyelenggaraan acara  seperti  persoalan tiket   palsu dan keharusan menunjukkan bukti fisik tiket tercetak bukan jadi isu besar.
Â
Kami,  bersama belasan kawan yang berjalan kaki dari jarak cukup jauh demi menghindari kemacetan,  jadi saksi pertunjukan spektakuler didepan mata.  Konser Bon Jovi tidak hanya  memuaskan mata dan telinga  akan
hits nya , namun juga mengingatkan bahwa kami pernah mengalami masa remaja yang menyenangkan  bersama teman-teman  baik.  Bersamanyalah, kami  jadi bagian dari  histeria massa malam itu.   Mendadak kami merasa kembali remaja belasan tahun. Malam  larut menjelang subuh , masih panjang jalan yang harus ditempuh menuju  pulang.  Satu lagi konser berkualitas selesai malam itu, namun histerianya  terus membekas. Â
We love you Bon Jovi ! (one’)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Vox Pop Selengkapnya