Empat tahun lalu, penduduk Merapi   tak pernah mengira kalau hidup harus dimulai kembali dari nol . Saat erupsi Gunung Merapi di tahun 2010  meluluhlantakkan kampung mereka yang guyub. Kala itu,  Merapi memuntahkan lahar panas dari perutnya. Korban meninggal mencapai lebih dari 350 orang. Termasuk tokoh karismatik penunggu Merapi, Mbah Maridjan.
Usai penanganan darurat dan pemulihan awal, tahap rehabilitasi dan rekonstruksi dimulai. Didalamnya mensyaratkan dilakukannya pemukiman kembali warga . Kawasan Rawan pun dipetakan . Sejumlah warga yang rumahnya rusak dan   masuk   dalam kawasan rawan, diminta untuk berpindah.
Pagerjurang  di Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Sleman adalah salah satu lokasi yang dipilihkan untuk penduduk asal Kaliadem . Menjauh puncak Merapi  dan masuk dalam zona aman Di  barat aliran Sungai Gendol
Rehabilitasi masyarakat dan pemukiman dilakukan melalui pendekatan yang berbasis  partisipasi . Dimana keseluruhan tahapannya dilakukan bersama dengan masyarakat.  Sejak perencanaan hingga evaluasi.  Para pihak terkait, membentuk satu struktur tim bersama yang berperan sebagai fasilitator yang dinamai REKOMPAK. Akronim dari Rehabilitasi dan Rekonstruki Masyarakat dan Pemukiman Berbasis Komunitas.  Guna mendampingi masyarakat   selama rehabilitasi dan  rekonstruksi. Didalamnya terdapat kementerian Pekerjaan Umum, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) didukung oleh beberapa  negara donor  mitra pembangunan   dalam Java Reconstruction Fund (JRF) dimana World Bank bertindak sebagai trustee . Tim REKOMPAK bekerja bersama dengan Pemerintah Propinsi dan Kabupaten terdampak.
Saat ini,  di Pagerjurang, semuanya nampak wajar.  Yang sedikit tak lazim , adalah keteraturan bentuk dan jarak antar rumah. Juga kondisi jalan yang rapi.  Sesuatu yang tak jamak untuk pemukiman  kampung.
Jika ditelisik, bentuk bangunan asli nya persis sama seluruhnya.Terdapat total 135  rumah dibangun disini. Atau sebagian kecil dari total 2516 hunian yang dibangun untuk warga terdampak erupsi.  Rumah asli nya berukuran 36 meter persegi. Dibangun diatas lahan masing-masing 100 meter persegi.   Jika nampak perbedaan, itu karena pemiliknya sudah melakukan renovasi. Baik dengan melakukan perubahan pada struktur bangunan, maupun hanya dengan sentuhan kecil untuk memperindah rumah dengan mengecat maupun mempercantik halaman rumah dengan tanaman.
Disini, kampung nampak tak ubahnya komplek perumahan  yang dibangun oleh pengembang swasta. Jalan luas beralas  paving block. Tampak taman bermain anak, masjid  dan gedung serbaguna sebagai fasilitas umum.  Ruang terbuka  hijau menempati areal yang signifikan.
Kehidupan kembali berlangsung normal. Anak- anak bersekolah, para orang tua kembali beraktivitas.   Untuk mencari nafkah, sebagian mengandalkan hasil susu dari sapi perah yang diberikan sebagai bantuan.     Para lelaki yang dibantu oleh kaum perempuan, sehari-hari mencari pakan untuk ternak . Diangkut menuju kandang kolektif milik bersama Sebagian kecil, menjadi bagian dari industri wisata Merapi yang dikenal sebagai lava tour.  Pertanian juga masih menjadi sumber mata pemcarian utama.   Bibit tanaman menjadi pemandangan yang ditemui,  seperti siap untuk ditaman dilahan milik warga.