Manusia terlahir secara kodrat memiliki keingintahuan yang tinggi, hal ini dapat diamati dari mulai pertama lahir ke alam dunia. Sang anak mencari tahu makanan pertamanya, mulai dari cara menempel sampai cara menghisap.
Awalnya ragu-ragu, karena didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi untuk memastikan makanan pertamanya. Maka bayi tersebut berhasil memperoleh pengetahuan pertamanya dalam proses mencari ASI. Seorang bayi dapat memperoleh pengetahuan pertamanya melalui sebuah proses informasi yang diketahuinya lewat pancaindera. Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya (Suriasumantri:2009). Akan tetapi pengetahuan tersebut belum menjadi suatu ilmu, apabila belum teruji kebenarannya melalui suatu metoda ilmiah. Apabila sudah teruji kebenarannya, maka pengetahuan tersebut menjadi ilmu.
Antara ilmu dan pengetahuan memliki perbedaan yang mendasar, ilmu adalah pengetahuan tetapi tidak semua pengetahuan adalah ilmu. Untuk membedakannya harus berdasarkan kepada aspek ontologis, espitemologis dan aksiologis. Â Apa yang ditelaah ilmu itu? Merupakan pertanyaan untuk menjawab aspek ontologis. Bagaimana cara mendapatkan ilmu itu? Merupakan pertanyaan untuk menjawab aspek espistemologis. Serta untuk apa ilmu tersebut digunakan? Merupakan pertanyaan untuk menjawab aspek aksiologis. Kalau ketiga pertanyaan tersebut dapat terpenuhi oleh suatu pengetahuan, maka pengetahuan tersebut sudah menjadi suatu ilmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H