Mohon tunggu...
Suryan Nuloh Al Raniri
Suryan Nuloh Al Raniri Mohon Tunggu... Guru - Pendidik, Penulis dan Pembicara
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membuat senang orang lain

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pentingnya Belajar Filsafat Ilmu bagi Pendidik

27 September 2023   12:55 Diperbarui: 27 September 2023   13:05 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia terlahir secara kodrat memiliki keingintahuan yang tinggi, hal ini dapat diamati dari mulai pertama lahir ke alam dunia. Sang anak mencari tahu makanan pertamanya, mulai dari cara menempel sampai cara menghisap.

Awalnya ragu-ragu, karena didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi untuk memastikan makanan pertamanya. Maka bayi tersebut berhasil memperoleh pengetahuan pertamanya dalam proses mencari ASI. Seorang bayi dapat memperoleh pengetahuan pertamanya melalui sebuah proses informasi yang diketahuinya lewat pancaindera. Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya (Suriasumantri:2009). Akan tetapi pengetahuan tersebut belum menjadi suatu ilmu, apabila belum teruji kebenarannya melalui suatu metoda ilmiah. Apabila sudah teruji kebenarannya, maka pengetahuan tersebut menjadi ilmu.

Antara ilmu dan pengetahuan memliki perbedaan yang mendasar, ilmu adalah pengetahuan tetapi tidak semua pengetahuan adalah ilmu. Untuk membedakannya harus berdasarkan kepada aspek ontologis, espitemologis dan aksiologis.  Apa yang ditelaah ilmu itu? Merupakan pertanyaan untuk menjawab aspek ontologis. Bagaimana cara mendapatkan ilmu itu? Merupakan pertanyaan untuk menjawab aspek espistemologis. Serta untuk apa ilmu tersebut digunakan? Merupakan pertanyaan untuk menjawab aspek aksiologis. Kalau ketiga pertanyaan tersebut dapat terpenuhi oleh suatu pengetahuan, maka pengetahuan tersebut sudah menjadi suatu ilmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun