Tidak seperti biasanya, siswa sudah berangkat ke sekolah semenjak pukul 06.00. Hal ini supaya tiba pukul 07.00, untuk bersiap mengikuti asesmen nasional (AN). Selain siswa, guru juga harus datang lebih awal. Apalagi proktor dan teknisi, sudah dari malam hari mengecek jaringan komputer dan perangkat lainnya. Supaya kegiatan AN dapat berlangsung lancar. Asesmen Nasional sebagai alat evaluasi yang bertujuan untuk memotret mutu pendidikan pada suatu sekolah yang berdasarkan pada input, proses dan output. Potret yang dihasilkan berupa kemampuan dasar dalam literasi numerasi dan karakter. Potret tersebut dapat dilihat hasilnya pada rapot pendidikan.Â
Apakah siswa sudah siap untuk mengikuti AN? Karena mereka akan mengerjakan soal literasi dan numerasi. Kesiapan berarti kondisi fisik dan mental yang telah siap untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mengetahui kesiapan siswa, diadakanlah gladi bersih atau persiapan terakhir sebelum AN berlangsung. Ternyata, fakta dilapangan membuktikan bahwa. Siswa belum siap untuk mengerjakan soal numerasi. Setelah selesai gladi bersih, salah satu siswa di wawancara.Â
Apakah kamu dapat menjawab soal numerasi?Â
Tidak bisa
Kenapa, tidak bisa menjawab
Susah-susah dan soalnya panjang-panjang
Terus, menjawabnya bagaimana?Â
Ditebak aja.Â
Begitulah kondisi real siswa, hampir semuanya di setiap sekolah. Kenapa bisa seperti ini, apakah ada yang salah dengan kualitas pembelajaran dan prosesnya?Â
Kalau menelisik pada proses pembelajaran, guru menghindari proses pembelajaran yang memerlukan cara berpikir nalar dan analisis. Guru lebih suka memberikan pembelajaran pada level kognitif hapalan (C1), pemahaman (C2) dan penerapan (C3). Sehingga terlihat pada bentuk soal yang diberikan saat penilaian harian, bisa ditebak. kebanyakan soal yang diberikan yaitu pilihan ganda dan kata kerja operasionalnya menyebutkan serta menjelaskan.Â