Mohon tunggu...
Suryana Ependi
Suryana Ependi Mohon Tunggu... Guru - Belajar menjadi Guru

Belajar menjadi pengajar dengan banyak belajar. Sebagai insan yang mencintai semesta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengetahuan Lokal Masyarakat Baduy sebagai Paradigma Baru

15 Oktober 2024   11:25 Diperbarui: 15 Oktober 2024   12:09 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemukiman Masyarakat Baduy. (sumber:Dokumen Pribadi).

Sebagaimana pesan dari amanah buyut amanah buyut yang berbunyi, "lojor teu meunang di potong, pondok teu meunang di sambung" (panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung).

 Selain itu ada juga petatah-petitih lain yang mengajarkan untuk tidak melakukan perusakan terhadap alam yaitu "Gunung ulah dilebur, lebak ulah dirusak" (Gunung tidak boleh dihancurkan, Lembah tidak boleh dihancurkan).

 Itu hanya Sebagian konsep yang terdapat di amanah buyut yang mengajarkan sebuah prinsip untuk tidak melakukan perusakan terhadap alam, tidak melakukan perubahan terhadap alam biarkan alam mengatur dirinya sendiri.

Saat dimana manusia memperlihatkan keserakahannya yaitu setiap gunung dikeruk, aliran sungai tercemar, hutan terus dibabat, keanekaragaman hayati terancam dan masih banyak daftar perusakan lingkungan yang dilakukan manusia. 

Keserakahan itu melahirkan beragam bencana yang menimpa manusia, yang diawali dari paradigma yang keliru yaitu melihat alam sebagai dunia kosong yang harus dieksploitasi. 

Melihat bencana alam yang terus mengalami peningkatan penulis mengajak untuk kita bisa melihat kembali Baduy sebagai sebuah paradigma baru yang harus kita jalankan. Perbaikan cara pandang kita terhadap alam merupakan salah satu jalan yang harus kita tempuh untuk perbaikan masalah lingkungan.

Lingkungan dengan segala permasalahannya merupakan akibat dari permasalahan moral manusia terhadap alam, karena itu sangat berkaitan dengan perilaku manusia. 

Sehingga kita bisa simpulkan bahwa krisis ekologi global ini merupakan berawal daripada krisis moral, yang itu terjadi secara global. Sehingga, kita perlu etika dan moralitas untuk mengatasinya (Keraf, 2010:1). 

Moralitas terhadap alam sangat penting, perbaikan itu dengan cara manusia memandang alam sebagai yang hidup bukan melihat alam sebagai mesin yang harus dihabiskan. 

Atas segala permasalahan yang terjadi mudah-mudahan kita bisa kembali kepada paradigma yang sehat yaitu sehat untuk lingkungan dan juga sehat untuk manusia.

Mengatasi krisis lingkungan yang terjadi dengan mengubah paradigma dari Antroposentris menuju pada paradigma yang holistik atau ekosentris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun