Kampanye Pilgub DKI masih belum dimulai, bahkan kandidat belum ditetapkan olh KPUD dan nomor urut belum ditentukan tapi tanpa tedeng aling aling, pasangan Anies-Sandiaga khususnya calon Gubernur Anies Baswedan langsung memberikan serangan serangan pembuka yang cepat utamanya ke kubu petahana Ahok. Beberapa isu yang dimainkan antara lain isu pendidikan di Jakarta vs Yogyakarta,  penggusuran kawasan kumuh di Bukit Duri dan  minimalisasi peran Ahok dalam bersihnya sungai sungai di Jakarta sekarang.
 Anies sepertinya sudah tidak sabar untuk segera melakukan serangan serangan gencar kepada Ahok. Tujuannya jelas untuk terus menggerus elektablitas Ahok-Djarot dan menaikkan elektabilitas Anies-Sandi. Sedangkan untuk pasangan Agus-Sylvi, Anies-Sandiaga sepertinya menganggap pasangan ini bukanlah lawan berat atau hanya dianggap sebagai penggembira saja dalam Pilgub kali ini sehingga amunisi amunisi serangan sepertinya akan selalu mengarah ke pasangan Ahok-Djarot.
Serangan Serangan Pembuka
Isu pertama yang diangkat oleh Anies adalah tentang pendidikan. Anies membandingkan kinerja pendidikan Jakarta dengan Yogjakarta. Berkaca dari pengalamannya saat masih menjadi Mendikbud, pendidikan Jakarta mengalokasikan anggaran sebesar Rp 6 juta per tahun untuk setiap anak, sedangkan Yogyakarta mengalokasikan Rp 500 ribu per tahun untuk setiap anak. Namun, kata Anies, kinerja pendidikan di Yogyakarta jauh lebih baik daripada DKI.
Setelah itu Anies menyoroti kasus penggusuran kampung Bukit Duri belum lama ini, Anies-kemudian mengangkat isu pemimpin tanpa nurani, menggusur tanpa hati, pemimpin yang tak bisa berkomunikasi dengan rakyatnya, yang hanya menggusur tapi tanpa solusi. Nekatnya Ahok-Djarot yang menggusur di masa pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur dan  melakukan program yang sangat tidak populer khususnya bagi kaum marginal, dieksplorasi sekali oleh Anies Baswedan dengan cara mendatangi kampung Bukit Duri pasca penggusuran.  Selain Bukit Duri, beredar berita juga Anies mendatangi wilayah Tanah Merah dan melakukan kontrak politik dengan warga disana yang wilayahnya juga rentan dilakukan penggusuran karena sebagian besar adalah tanah negara. Anies menyanggupi dan menandatangani kontrak politik untuk tidak melakukan penggusuran di tanah negara yang telah ditempati lama oleh warga. Â
Dalam kasus bersihnya sungai-sungai di Jakarta, Anies khususnya mengecilkan peran Ahok sekarang dengan mengatakan bahwa bersihnya sungai sungai di Jakarta sekarang merupakan inisiasi Gubernur sebelumnya yaitu Foke, diresmikan jaman Jokowi dan dieksekusi oleh Ahok, artinya Ahok hanya meneruskan saja. Inilah keunggulan utama Anies Baswedan, kemampuannya beretorika. Tidak ada yang salah dengan pernyataannya tersebut, tetapi Anies berusaha mengajak masyarakat berfikir bahwa keberhasilan Ahok dengan sungai di Jakarta yang bersih merupakan jasa semua Gubernur DKI sebelum Ahok juga.
Senjata Makan Tuan
Menurut saya, Anies memakai senjata boomerang dalam serangan pembukanya kali ini. Mengapa saya katakana boomerang?. Ya, karena menurut saya Anies telah membuka serangannya kepada Ahok dengan senjata yang salah yang bukan saja gagal tetapi justru menjadi blunder karena berbalik  menyerang kepada Anies sendiri alias senjata makan tuan. Selain ditangkis dengan sempurna oleh Ahok, penonton dalam hal ini nettizen juga membully beramai ramai Anies terkait isu isu diatas.
Lihat saja, dalam kasus membandingkan pendidikan di Jakarta, Anies melakukan blunder besar dengan mengangkat isu ini. Dia adalah mantan menteri Pendidikan dan Kebudayan yang merupakan penanggung jawab utama bila ada permasalahan pendidikan di semua wilayah di Indonesia, apalagi kemudian dia di resuffle oleh Jokowi sehingga dianggap gagal di bidang pendidikan oleh Jokowi. Jadilah ia sasaran empuk pembullyan oleh nettizen ketika berbicara pendidikan. Selain itu Ahok pun dengan sigap menangkis serangan itu dengan data bahwa putus sekolah di Jakarta hanya 0,4% berkat KJP bandingkan dengan Yogjakarta yang 13%.
Dalam isu penggusuran Bukit Duri, Anies mungkin sangat berharap ada perlawanan dari warga yang tergusur sehingga Anies-Sandi akan muncul bak pahlawan untuk menemani Ratna Sarumpaet yang biasanya muncul saat penggusuran. Perlawanan warga saat penggusuran akan menjadi isu penting untuk terus digoreng di media bahwa warga sudah muak kepada Ahok. Tapi faktanya tidak ada perlawanan warga, karena Ahok telah memainkan jurusnya yaitu relokasi dilakukan setelah sebagian besar warga setuju pindah ke rusun. Dalam isu penggusuran, blunder kemudian dilakukan Anies dengan melakukan kontrak politik dengan warga Tanah Merah, Jakarta Utara yang sebagian besar wilayahnya merupakan tanah Negara. Nettizen membullynya karena memberikan sertifikat kepada tanah yang jelas tanah Negara adalah pembodohan dan juga tidak mungkin dilakukan oleh seorang Gubernur. Apalagi dengan tidak menggusur wilayah tersebut maka akan menghambat program yang lain utamaya penanggulangan banjir yang sebagian terjadi karena banyaknya pemukiman ilegal di pinggir sungai di Jakarta.
Terkait isu bahwa bersihnya sungai sungai di Jakarta adalah inisiasi Foke, walaupun itu benar, tapi warga Jakarta bukanlah orang bodoh yang bisa dibodohi dengan retorika. Wajar saja Anies terus menerus di bully oleh nettizen, karena tentu saja semua tahu bahwa program yang baik adalah program yang dieksekusi bukan hanya sekedar program diatas kertas, kalau hanya sekedar program semua kandidat tentu saja membuat program yang bagus bagus. Tetapi masyarakat tentu saja butuh realisasi yang konkret bukan hanya sekedar program. Â Bahkan Ahok meledek Anies dengan memintanya mencari di Google kalau yang membuat sungai di Jakarta bersih bukanlah Foke tetapi Ahok.