Kami tidak pernah memasang target prestasi kepada anak untuk mengejar ranking sekolah, asal dapat naik kelas sudah cukup bagi saya. Bagi saya kemandirian anak dan daya kreativitas yang perlu dikembangkan. Tetapi ada sesuatu yang istimewa yang terjadi pada anak saya.
Saya punya pengalaman menarik saat pertama kali mengajarkan Bahasa Inggris kepada anak. Saat anak masih berusia sekitar 3 tahun, rasa penasaran anak terhadap apa yang dilakukan orang tua sangat tinggi.Â
Saat itu saya sering membuka laptop karena harus membeli barang dan mengetahui naik turun harga barang. Saat itu ponsel Android belum ada, jadi saya hanya menggunakan Laptop untuk bisa terkoneksi ke jaringan daring.Â
Rasa tertarik anak pada laptop lantas saya manfaatkan untuk membuka konten Youtube berupa toturial pengajaran bahasa Inggris untuk anak, Mulai dari mengenal huruf dan angka dalam bahasa Inggris hingga warna.Â
Memang tidak setiap hari harus membuka laptop tetapi saya sering bertanya untuk mereview pelajaran yang sudah didapatkan dari Youtube. Ternyata anak saya masih mampu mengingatnya.Â
Tentu saja saya tidak punya target untuk kemampuan yang harus dicapai anak karena mengingat umurnya yang masih baru menjejaki 3 tahun, tetapi mengajarkan sebagai bagian dari sang anak bermain.Â
Kini anak sudah berusia 9 tahun, meski tidak memiliki kemampuan yang luar biasa dalam semua mata pelajaran, tetapi kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata anak seusianya.Â
Saya juga selalu membuka komunikasi kepada jika ada kata-kata yang sulit, maka dia bisa bertanya kepada kami sebagai orang tua. Sehingga dia selalu bertanya jika menemukan kata-kata yang bari dikenal. Selama ini saya melakukan pembelajaran masih dalam konteks bermain sehingga tidak menjadi beban bagi anak. Jadi ajarkan bahwa belajar adalah sesuatu yang menyenangkan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H