Dalam dunia sastra Tiongkok ada empat karya sastra termasyur sepanjang masa yang semuanya ditulis era klasik adalah : Kisah Tiga Kerajaan, Batas Air, Perjalanan ke Barat dan Impian dari Paviliun Merah. Kisah Sun Go Kong merupakan adalah tokoh dalam cerita Perjalanan ke Barat (Journey to West). Kisah Sun Go kong yang mengiringi Biksu Tong Sam Cong (Xuan Zang) menjadi sangat populer di dunia. Kisah ini sudah diangkat menjadi karya film yang ternyata juga banyak digemari penonton, tidak terkecuali penonton Indonesia.
Perjalanan ke Barat lebih dikenal dalam karya fiksinya dibanding kisah aslinya. Dalam kisah fiksi dimana Biksu Tong digambarkan sebagai seorang biksu lemah dan pendiam sehingga perjalanan perlu dikawal oleh tiga siluman yang memiliki kekuatan supranatural. Cerita fiksi itu sendiri mengaburkan karakater asli Sang Biksu. Kisah sesungguhnya adalah perjalanan seorang biksu dalam mencari kitab suci ke India (Nalanda).Â
Karakter asli Biksu Tong adalah seorang mandiri, memiliki kemampuan berkomunikasi yang luar biasa, pembelajar yang tangguh, dan visioner. Xuan Zang dilahirkan dan dibesakan pada era dimana Tiongkok dalam kondisi chaos. Suasana kacau terjadi karena sedang terjadi pergantian dinasti Diaman Dinasti pada kekaisaran Tiongkok dari Sui menjadi Tang. Peperangan dan kelaparan mewarnai kehidupan sehari-hari. Selain itu perdebatan mengenai tafsir kitab suci (Buddha) juga tidak kalah sengit dikalangan para Biksu. Tong Sam Cong (dalam logat Hokian untuk Xuan Zhang) merasa perlu untuk mencari naskah asli dari kitab suci Buddha yang selalu menjadi perdebatan.Â
Meski banyak rintangan yang menghambat seperti larangan dari Kaisar Tiongkok untuk melintas perbatasan barat negeri karena dikawatirkan akan menjadi informan bagi negara asing. belum lagi medan yang harus dilalui teramat sangat berat (dari panas ekstrim di gurun pasir hingga dingin ekstrim pegunungan Himalaya) tidak mengurangi tekad Sang Biksu.
Biksu Tong melakukan perjalanan sendirian, dengan tekad suci dia melakukan perjalan dengan menggunan ransel bambu seperti penggambaran dalam film. Latihan spiritual yang sering dilakukan membentuk pribadi kuat Biksu Tong. Â Selama 17 tahun melakukan perjalanan sepanjang kurang lebih 10.000 kilometer yang melewati belasan kerajaan hingga akhirnya kembali ke negeri Tiongkok membutuhkan energi dan mental yang kuat.Â
Serangan begal, kelaparan dan kecelakaan dalam perjalanan sering dihadapi Biksu Tong. Kemampuan berbicara yang baik dari Biksu Tong mampu membauat para penguasa lokal terpesona sehingga memudahkan perjalanan beliau, meskipun demikan, Dia tidak pernah meminta fasilitas yang istimewa meski banyak raja menawarkan.Â
Setelah 17 tahun melakukan perjalanan, Dia kembali kenegeri Tiongkok dan masih harus meminta dan menunggu amnesti dari kaisar (Tang) atas pelanggaran melakukan perjalanan keluar dari negeri Tiongkok. Â Sehingga akhirnya Kaisar memberi pengampunan dan memberi fasilitas kepadanya dapat melakukan peterjemahan kitab suci Buddha kedalam bahasa Tiongkok.Â
Audiensi Biksu Tong di hadapan Kaisar dari Dinasti Tang mempunyai pengaruh yang luas. Pengaruh Biksu tidak sekedar mengambil dan menterjemahkan kitab suci tetapi juga membuka wawasan orang Tiongkok kepada dunia luar. Â Dorongan agar Tiongkok bisa membuka diri kepada dunia luar semakin kuat sehingga jalur sutera yang selama ini tertutup menjadi terbuka.Â
Efeknya Tiongkok memasuki era keemasan agama Buddha. Kemudian Tiongkok menjadi negara terbuka, maju dan terkemuka didunia saat itu tahun-tahun berikutnya. Selain itu buku yang ditulis sendiri oleh Biksu tentang perjalanan ke Barat menjadi rujukan tentang kondisi negara dan kota pada masa itu, bahkan hingga kini.
Meski di satu sisi sifat pengawal Biksu Tong adalah penggambaran sifat manusia, misalnya Sun Go Kong adalah perwujudan sifat manusia yang kuat, cerdas, memiliki banyak kemapuan, tapi memiliki sifat sombong, nafsunya untuk selalu menang telah menjerumuskan hidupnya.Â