Mohon tunggu...
Anton Surya
Anton Surya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana

Pengelana

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kala Reaktif Rapid Tes

21 Mei 2020   10:26 Diperbarui: 21 Mei 2020   10:27 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini di tempat istri kerja (RSUD) diadakan rapid tes terhada semua pegawai. Mungkin hal ini agak terlambat di lakukan karena memang hingga hari ini Kabupaten kami masih zona hijau. Di Propinsi Kalimantan Barat hanya dua kabupaten yang tidak terdapat pasien positip Covid-1, yaitu Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sekadau.

Sehingga kid untuk rapid tes datang belakangan dibanding Kabupaten yang sudah masuk zona merah. Setelah dilakukan rapid ternyata 7 orang reaktif terhadap rapid tes, dua diantaranya berada dalam satu ruangan dengan istri, yaitu bagian kebidanan. Yang lebih mengejutkan lagi salah satu diantaranya adalah masih kerabat dimana kami sering berinteraksi. Kehebohan terjadi bukan hanya di rumah sakit tetapi juga di kalangan kerabat kami, setelah tracing harus dilakukan makan terjarng beberapa kerabat harus menjalani rapid secara bergiliran. Hingga tulisan ini diturunkan rapid tes terhadap kerabat kami masih dilakukan. 

Setelah dinyatakan reaktif maka orang-orang tersebut diharuskan menjalankan karantina mandiri selama 14 hari sebelum dilakukan tes susulan baik berupa swab maupun mengulangi rapid tes. Bukan hal yang mudah untuk menjalani karantina mandiri yaitu dirumah masing-masing. 

Cerita seorang teman yang masih memiliki anak balita usia 2 tahun serasa teriris melihat anaknya mencari mamanya untuk menyusu. Sang anak sementara waktu dititipkan di rumah neneknya. Kesepian dan kejenuhan melanda orang yang sedang menjalani isolasi mandiri belum lagi naluri seorang ibu yang selalu ingin dekat dengan anak menjadi pergulatan batin tersendiri. 

Dari segi pekerjaaan membuat pekerjaan istri semakin bertambah karena dua orang rekanya menjalani isolasi. Jadwal pekerjaan menjadi berubah dengan penambahan jam kerja. Sehingga istri tercinta mewanti-wanti jika dia lebih sering tinggalkan rumah untuk piket di rumah sakit.

Saat ini setelah diadakan pelonggaran PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) membuat diri saya menjadi was-was bagaimana jika terjadi ledakan Covid-19. Dengan beberapa tayangan di media massa tentang ramainya pasar menjelang lebaran membuat saya sulit membayangkanya jika terjadi ledakan pasien Covid-19. 

Karena kami, terutama istri yang harus selalu siap menangani pasien yang datang tanpa peduli apapun penyakitnya. Semoga tidak terjadi ledakan pasien Covid-19 di Indonesia karena itu akan menyulitkan sekaligus membahayakan bagi kami tenaga medis rumah sakit dan juga anggota keluarganya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun