Mohon tunggu...
Anton Surya
Anton Surya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana

Pengelana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perjuangan Berat Tenaga Medis di Titik Terluar Negara

11 April 2020   08:30 Diperbarui: 11 April 2020   09:13 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi Corona sedang melanda dunia tidak terkecuali Indonesia. Pulau Kalimantan adalah titik terluar Indonesia yang berbatasan darat dengan negara Malaysia. Di Pulau Kalimantan banyak kampung yang langsung berbatasan dengan Malaysia sehingga arus barang dan manusia dari negeri jiran menjadi hal biasa.

Menjadi tidak biasa karena saat ini Malaysia sedang melakukan lockdown (penutupan), maka banyak TKI (Tenaga Kerja Indonesia) yang pulang ke Indonesia karena semua perusahaan tempat mereka kerja ditutup. 

Banyak TKI memilih untuk nekat pulang ke Indonesia. Beberapa titik di Kalimantan menjadi jalan tikus bagi TKI untuk kembali pulang ke Indonesia. Beberapa kampung di Kabupaten Sintang seperti Nangga Bayan dan Jasa menjadi pilihan.

Walau hanya berjalan kaki menuju Indonesia dan harus kucing-kucingan dengan aparat perbatasan Malaysia, selalu ada TKI nekad yang lolos dan masuk ke Indonesia. 

Sebagai contoh di desa Jasa, baru-baru ini ada TKI asal Sulawesi yang masuk secara ilegal untuk menuju Senaning. Sugisman sebagai seorang mantri harus melakukan pemeriksaan medis dengan APD (Alat Pelindung Diri) seadanya. Hanya dengan mengenakan masker. 

Sugisman Seorang Mantri (Celana Pendek) harus melakukan cek kesehatan kepada Penyintas dari Malaysia dengan APD seadanya (credited Joy Luca@facebook)
Sugisman Seorang Mantri (Celana Pendek) harus melakukan cek kesehatan kepada Penyintas dari Malaysia dengan APD seadanya (credited Joy Luca@facebook)
Menjadi berbahaya karena wilayah tetangga, Serian-Malaysia, sudah terdapat 7 orang yang sudah terdeteksi positip Covid-19. Tetapi Tugas untuk memeriksa semua penyintas yang datang harus dilaksanakan oleh Sugisman yang bertugas di desa Jasa.  

Selain tidak terdapat sarana untuk mendeteksi infeksi virus Corona, untuk menuju kota kecamatan, Senaning, harus melalui sarana transportasi seadanya seperti sepeda motor, belum lagi harus menuju Ibukota Kabupaten Sintang tentu lebih sulit lagi karena jalan yang belum beraspal. 

Hujan yang sering terjadi saat ini membuat jalan tanah yang harus dilalui menjadi licin, becek dan berlumpur. Pengalaman pribadi penulis saat berkunjung kesana, pernah jatuh dari motor karena licin jalan dan sulit mencari bantuan karena jarak antar kampung berjauhan. 

Perhatian pemerintah lebih fokus pada border gate (pintu perbatasan) resmi seperti Entikong, Aruk, dan Badau membuat perhatian kepada wilayah yang menjadi jalan tikus terabaikan. Panjang perbatasan darat Kalimantan Barat-Malaysia kira-kira 700 km, setidaknya terdapat 70 jalan tikus yang umum digunakan oleh para penyintas dari Malaysia. 

Melihat hal tersebut, membuat godaan pulang melalui jalan tikus menjadi sangat terbuka. Sudah saatnya Satgas Covid-19 memberi perhatian kepada daerah pedalaman yang menjadi titik terluar Indonesia supaya jangan menjadi klaster baru penularan Covid-19.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun