Dahulu yang mendoakan adalah dukun (untuk beberapa tempat masih tetap) tetapi sekarang bisa diganti oleh pendeta atau pastor/ketua umat (isi doa berupa pengusiran berbagai sakit penyakit dan roh-roh jahat)Â
Kemudian di sungai dilakukan upacara penghanyutan perahu yg terbuat dari kelopak pelepah pinang yang didalamnya diisi bermacam-macam peraga (sesajian), dan yang paling penting adalah anak ayam di dalamnya.Â
Masing-masing subsuku Dayak memiliki cara dan gaya yang berbeda dalam menyelenggarakan Balala (Nyepi). Balala menjadi populer kembali saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia.Â
Beberapa daerah di Kalimantan Barat sedang/sudah menyelenggarakan Balala, bahkan hingga tingkat kabupaten. Seperti yang terjadi di Kabupaten Landak.Â
Saat Balala, masyarakat tinggal di rumah masing-masing sebagai cara untuk merenung dan mengintropeksi diri tentang kehidupan mereka tahun ini dan tindakan akan dilakukan pada masa yang akan datang.Â
Selain Balala juga menjadi hari berkumpul bersama keluarga dan berdoa kepada Jubata untuk mengampuni segala kesalahan mereka.
Perlu kita ketahui semua bahwa Balala tidak memiliki penanggalan yang pasti kapan penyelenggaraan, sehingga untuk menentukan hari Balala harus melalui rapat dewan adat lokal dan penutupan setiap jalan keluar masuk kampung di tandai oleh pabayo yaitu kayu atau bambu yang diraut secara khusus.Â
Demikianlah nyepi versi orang Dayak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H