14 Mei 1998
Hari itu suasana sangat mencekam, saya memutuskan tidak masuk kerja tetapi  kakak saya tetap masuk kerja. Mama juga memutuskan keluar untuk menuju tempat  sepupunya di Setia kawan, Roxy. Ternyata Metromini 91 (Tanah Abang-BatuSari) masih ada beberapa yang jalan. Dari Roxy mama menelpon supaya saya tidak pergi kemana-mana, karena di jalan masih rawan.
Topaz (Tomang Plaza, kini: Roxy Square) sudah dijarah dan dibakar. Mamaku menjadi saksi penjarahan supermarket Hari-Hari di Tomang Plaza. Suasana rusuh semakin membuat suasana mencekam. Saya di kost menunggu dengan cemas dengan keberadaan kakak saya yang memaksa diri untuk berangkat kerja. Masa itu Ponsel masih menjadi Barang mewah sehingga komunikasi hanya mengandalkan telpon rumah. Â Tetapi hati saya lega melihat kakak saya pulang dengan menggunakan motor kantor.Â
15 Mei 1998
Mama saya pulang dari Roxy dengan berjalan kaki, dia meminta supaya kami berdua jangan ada yang keluar kost. Bahkan dia meminta saya supaya pulang kampung saja, karena sebagai ibu dia merasa kuatir terhadap keselamatan saya melihat kondisi Jakarta yang tidak pasti. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya saya menurutinya. Dengan memesan travel tujuan Lampung, akhirnya saya pulang dengan membawa semua barang-barang untuk tidak kembali lagi ke Jakarta, walau tidak lama kemudian akhirnya kembali lagi.
16 Mei 1998
kami berdua pulang ke Lampung dengan travel. Diatas kapal Fery saya menyaksikan ada sekelompok orang, nampaknya telah dari Jakarta dengan wajah Seram. Jika memang ada berita tentang kiriman massa dari luar Jakarta masuk  Jakarta, terus terang saya mempercayainya. saya dengan mata sendiri menyaksikan rombongan massa kembali di atas Fery Merak-Bakauheni
Tulisan ini mungkin hanya coretan yang tiada arti dan saya persembahkan bagi mama tercinta yang selalu ingat tanggal wisuda saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H