Orang Dayak adalah sukubangsa yang menghargai kehidupan. Walaupun di masa lampau mereka dikenal sebagai sukubangsa pengayau dan suka berperang, kegiatan tersebut telah banyak berkurang sejak pertemuan Tumbang Anoi tahun 1894. Bila terjadi perselisihan atan perkelahian, yang bersalah harus membayar ganti rugi dan denda. Begitu juga bila satu pihak sampai terbunuh, yang membunuh harus membayar ganti rugi dan denda kepada keluarga yang terbunuh, yang harus dilakukan melalui serangkaian upacara adat. Bila si pembunuh tidak menaati ketentuan ganti rugi dan denda, dan tidak mau melakukan upacara adat berkenaan dengan kematian lawannya, nyawa barus dibayar dengan nyawa. Dalam keadaan sadar, hati nurani Orang Dayak tidak akan mampu melakukan balas dendam: nyawa dibayar nyawa. Untuk itu mereka melakukan upacara ”nyaru tariu” untuk memanggil kamang tariu atau roh panglima-panglima perang yang akan merasuki tubuh mereka. Dalam keadaan kemasukan kamang tariu inilah mereka mampu melakukan pembunuhan, bahkan kanibalisme. Menurut Giring, proses “baparang” dan “babunuh” merupakan ekspresi ketakutan yang tak tertahankan dan kemudian dikeluarkan.
Kamang adalah roh-roh leluhur dari orang dayak. Ia berpakaian cawat dan kain kepala warna merah dan putih diputar bersama ( tangkulas ). Ini juga pakaian dari pengayau kalau mereka pulang dengan membawa hasil. Kamang pandai melihat, mencium bau dan makanannya darah. Ini terlihat dari upacara-upacara adat. Darah untuk kamang dan beras kuning untuk jubata. Kamang tariu dan kamang 7 bersaudara. Kamang tariu adalah adalah Kamang Nyado dan Kamang Lejak. Sedangkan kamang 7 bersaudara adalah Bujakng Nyangko ( yang tertua ) tinggal dibukit samabue, Bujakng Pabaras, Saikng Sampit, Sasak Barinas, Gagar Buluh, Buluh Layu’ dan Kamang Bungsu ( dari Santulangan ). Bujakng Nyangko adalah kamang yang baik. Sedangkan yang lain terkadang baik dan terkadang jahat. Saikng sampit, Sasak Barinas, Gagar Buluh dan Buluh Layu’ adalah kamang yang sering tidak senang dan menyebabkan pada waktu itu penyakit dan kematian. Kamang Tariu dengan 7 bersaudara itu adalah pelindung dari para pengayau.
Suku Dayak terdiri dari ratusan subsuku. Masing-masing subsuku mempunyai bahasa yang berbeda. Tetapi adat dan budaya mereka hampir mirip satu sama lain. Dengan pengaruh shamanisme yang kuat hampir semua peristiwa besar selalu dihubungkan dengan kejadian mistis. Karena pluralitas diantara mereka konsep mengenai kamang dan perangpun berbeda. Tetapi konsep kamang yang saya ungkapkan diatas adalah konsep yang paling umum ditemui, terutama rumpun Kanayatn.
Selain itu dalam perang muncul tokoh mistis lain seperti Panglima burung, Panglima api, Panglima Petir. Tetapi yang populer adalah tokoh Panglima burung…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H