Mohon tunggu...
Surya Ibrahim
Surya Ibrahim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Indonesia

Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Indonesia yang sedang belajar meaningful living

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

MPKT adalah Mata Kuliah yang Hanya Memberikan Hikmah Saja

7 Juni 2024   18:15 Diperbarui: 9 Juni 2024   13:01 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di semester enam ini, pikiran mahasiswa FISIP UI hanya tinggal magang dan mengerjakan tugas akhir. Niat belajar sudah pudar dan bahkan mengerjakan ujian akhir semester saja terkadang ogah-ogahan. Berbeda dengan semester awal, jika besok ada kelas, malamnya masih menyempatkan untuk membaca materi. Catatan materi kuliah juga masih rapi dan lengkap, sungguh berkebalikan dengan apa yang dilakukan di semester tua. Namun, jika diingat-ingat sebenarnya di semester-semester awal pun ada mata kuliah yang rasanya malas untuk mengikuti kelasnya dan mengerjakan tugas-tugasnya Kejadiannya di semester dua ketika mendapatkan mata kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi atau disingkat MPKT. Mata kuliah ini adalah mata kuliah wajib fakultas sehingga mau tidak mau harus diambil. Dengar cerita dari kating, mata kuliah adalah mata kuliah yang seperti pisau bermata dua.

Setelah menngikuti kelasnya, MPKT ini mata kuliah yang seperti gado-gado, tetapi tidak ada bumbu kacangnya. Di mata kuliah MPKT ini kita belajar materi dari beberapa bidang keilmuan seperti filsafat, logika, kewarganegaraan, ilmu alam, dan kewirausahaan. Namun, setiap minggu dari pertemuan kuliah topik materinya selalu loncat-loncat dan terkadang tidak ada keterkaitan secara langsung. Materi-materi yang dipelajari juga terkesan cukup normatif dan lebih banyak membahas terkait norma dan etika. Mahasiswa  diarahkan untuk menghafalkan nilai-nilai dan norma yang ada pada setiap materi. Oleh karena itu, MPKT ini seperti mata kuliah pembelajaran moral dan hafalan sehingga sebenarnya tidak berkontribusi banyak pada studi keilmuan yang diambil mahasiswa FISIP UI.

Mata kuliah MPKT bobotnya 5 sks dan diselenggarakan dua kali dalam seminggu, tetapi salah satu pertemuannya dilakukan secara asinkronus. Materi kuliahnya disampaikan melalui ceramah dari dosen dan Buku Ajar MPKT. Yang menjadi masalah, beberapa dosen, terkadang tidak bisa menjelaskan beberapa materi secara mendalam karena beberapa materi dari MPKT bukan bidang yang mereka pelajari sehingga hal ini akan membuat mahasiswa kesulitan untuk mengerti materi. Buku Ajar MPKT sendiri sebenarnya merupakan pelengkap materi pembelajaran, tetapi terkadang sama-sama sulit untuk dipelajari. Satu-satunya jalan keluar dari kedua masalah tersebut adalah mencari informasi atau materi yang lebih lengkap dari internet. Namun, hal tersebut justru menunjukkan pembelajaran atau perkuliahan MPKT ini tidak efektif.

Dalam mata kuliah ini, mahasiswa dibentuk ke dalam beberapa kelompok untuk melakukan Focus Group Discussion (FGD). Hal ini lah yang sebenarnya yang menjadi salah satu hal yang cukup mendebarkan. Hal itu dikarenakan nasib dari perkuliahan mata kuliah ini akan ditentukan dari kelompok yang kita dapatkan. Dari cerita angkatan atas dan pengalaman pribadi, kebanyakan kelompok MPKT ini kurang kooperatif. Penyebabnya beragam, mulai dari anggota kelompoknya yang terlalu beragam karena terdiri dari anak anak dari jurusan lain. Sebagai contoh, di FISIP UI, satu kelompok MPKT ini bisa terdiri dari mahasiswa jurusan Sosiologi, Antropologi, Ilmu Politik, Hubungan Internasional, Kriminologi, Ilmu Komunikasi, dan Kesejahteraan Sosial. Belum lagi anggota kelompok MPKT ini gemuk-gemuk, bisanya terdiri dari 7-9 orang. Tujuannya, dari pembuatan kelompok ini adalah untuk memperkaya perspektif atau punya banyak teman, tetapi dari yang sudah-sudah justru malah membuat hati dongkol dan menambah musuh.

Alasan pertama kurang koopertifnya kelompok MPKT sudah pasti terkait komunikasi. Perbedaan jurusan dan anggota yang kelompok membuat sulit untuk melakukan komunikasi dan koordinasi di dalam kelompok. Selain itu, kebanyakan orang-orang punya cara kerja yang berbeda-beda, ada yang mengerjakan lebih awal, ada pula mengerjakan dekat waktu pengumpulan. Belum lagi beberapa orang juga memiliki sikap yang perfeksionis dalam mengerjakan tugas, beberapa yang lain hanya mengerjakan kadarnya, atau yang paling parah ada yang tidak ikut mengerjakan sama sekali. Masalah-masalah dan perbedaan yang ada di dalam kelompok ini kerap kali menjadi perpecahan dan perdebatan sehingga membuat peserta mata kuliah ini harus memperbanyak mengelus dada.

Tugas dari mata kuliah ini ada dua tipe, pertama yang dikerjakan secara individu dan yang kedua dikerjakan secara berkelompok dari kelompok FGD masing-masing. Tugas individu biasanya membuat rangkuman, sedangkan tugas kelompok bermacam-macam, di antaranya Laporan Tugas Kelompok (LTK) yang bentuknya makalah dari setiap materi, proposal wirausaha, purwarupa (booklet), rencana Program Kreativitas Mahasiswa, dan video kelompok dari hasil MOOCS yang telah diikuti oleh masing-masing anggota kelompok. Beragamnya tugas dalam MPKT ini juga cukup menyulitkan, karena tidak semua kelompok memiliki wawasan atau keahlian dalam membuat perencanaan usaha ataupun membuat desain. Lagi-lagi, tugas-tugas ini bisa memicu drama dalam kelompok. Belum lagi dosen mata kuliah ini juga terkadang tidak memberikan arahan yang lengkap atau guide untuk pengerjaan tugas. Dosen MPKT juga jarang sekali memberikan review ataupun feedback dari hasil tugas yang dikerjakan sehingga tugas-tugasnya terasa seperti mandatori saja.

Terakhir, sudah berdrama-serama dengan kelompok dan mengumpulkan niat untuk mengikuti perkuliahan ini yang arahnya tidak jelas ke mana, nilai akhir dari mata kuliah ini juga cukup membuat hati mahasiswa berdebar-debar. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, MPKT ini bobotnya 5 sks hasil akhir dari mata kuliah ini jadi momen yang ditunggu-tunggu mahasiswa. Nilai B+ atau Nilai A- saja pada mata kuliah ini akan berpengaruh pada IPK mahasiswa. Belum lagi indikator penilaian mata kuliah ini berasal dari borang penilaian dari teman-teman satu kelompok. Jika pernah berselisih dengan salah satu teman sekelompok, bisa saja merugikan nilai kita. Oleh karena itu, bagi mahasiswa yang mendapatkan nilai A, ketidakjelasan mata kuliah ini membawa berkah, tetapi bagi yang tidak mendapatkan A, mata kuliah ini hanya memberikan hikmah saja.

Di semester tua ini, rasanya melegakan telah menyelesaikan mata kuliah MPKT, tetapi jika ditanya apakah ingin mengambil mata kuliah ini, jawabannya tidak. Selain karena banyak drama yang terjadi, tetapi esensi dari perkuliahan ini tidak begitu terasa menambahkan aspek keilmuan apapun, kecuali beban tugas yang cukup berat. Pelajaran penting yang bisa didapat mungkin melatih kesabaran dan belajar menerima apa yang sedang dilakukan dan dikerjakan yang mana relevan dengan mahasiswa semester tua yang sedang magang dan mengerjakan tugas akhir yang sama-sama membutuhkan kesabaran.

Referensi

Sekarum N., Xavier, R., Lukito, J. J., Adli, A. N., Yuliansyah, & Haq, M. S. (2023). Bobot 5 SKS MPKT: Penolong atau Petaka?. Diakses dari https://economica.id/bobot-5-sks-mpkt-penolong-atau-petaka/

Universitas Indonesia. (2017). Buku Ajar MPKT A (Edisi Revisi). Diakses dari https://emas2.ui.ac.id/repos/P1_Modul_MPKT_A_Bagian_1.pdf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun