Ijinkan saya sedikit bercerita pengalaman bisnis saya di MUKENA DISTRO. Tips bisnis sesungguhnya sudah diajarkan oleh Ayah saya (Almarhum). Lalu diperkuat lagi oleh Ayah Mertua saya. Tapi entah kenapa, pada bisnis-bisnis saya sebelumnya tips ini saya lupakan, jadinya yang bisnis jatuh bergelimpangan semua. Didirikan, jalan, jatuh dan tak bangun lagi.
Setelah menikah dan punya anak, kebutuhan hidup makin mencengkram, makin menghimpit, berbagai keinginan dan kebutuhan membuat tidurku acap tak nyenyak. Punya bisnis sambilan akhirnya jadi solusi. Mulailah kami (saya, istri, adik dan anak) merintis kembali bisnis kecil-kecilan. Mulai dari jualan es lilin dan jajanan pasar (titipkan ke warung), jualan nasi kuning, jualan opor ayam, jualan lontong sayur, catering hingga jualan baju muslim. Bisnis yang terakhir ini yang lumayan lama kami jalankan, sekaligus mengantarkan kami ke bisnis mukena premium dan kebaya premium seperti yang kami jalankan saat ini.
Kenapa bisnis busana muslim ini dapat bertahan lama?
Karena saya baru sadar dan sudah melaksanakan tips bisnis yang diajarkan kedua ayah saya. Rumusnya sederhana. Ayah kandung saya dalam bahasa Bugis mengatakannya "Ajaq melellangngi taro fokokmu", Ayah mertua saya berkata "Modal pokokmu ojo nganti mubeng pindo". Terjemahkan bebasnya seperti ini, jangan sampai modal pokoknya berputar dua kali.
Seperti apa aplikasinya?
Akan saya ulas besok Malam Ya....
TIPS MEMPERTAHANKAN RODA BISNIS #2
Seperti apakah filosofi "Ajaq melellangngi taro fokokmu" (Bugis), Ayah "Modal pokokmu ojo nganti mubeng pindo" (Jawa) itu?
Berikut Ilustrasinya :
Alkisah setelah jatuh bangun dengan bisnis-bisnis sebelumnya, 2,5 tahun lalu kami coba bangkit kembali. Kami sisihkan gaji kami berdua (maklum suami istri masih jadi karyawan), terkumpul dana 300 ribu. Dana inilah yang kami pakai buat beli kain bahan mukena, belinya kain kiloan di pasar tradisional Pecangaan Jepara dan Pasar Kliwon Kudus. (fota barang terlampir)
Dari dana tersebut jadilah 3 mukena dan menghasilkan duit 700 rb. Artinya ada laba sebesar 400 rb, Alhamdulillah. Nah, disinilah pesan kedua Ayah saya berperan, biasaya orang lain begitu dapat laba seperti itu, dapat dipastikan esoknya dana sebesar 700rb itu langsung dibelanjakan semua untuk produksi berikutnya. Tapi kedua Ayah saya mengajarkan, bahwa itu salah besar. Yang benar adalah, dari 700rb tadi pisahkan modal awal dan keuntungan yang diperoleh.
Modal awal yang 300rb disimpan (tabung di bank atau belikan emas). Nah yang boleh diputar lagi adalah yang 400rb. Sehingga ketika putaran bisnis yang kedua itu gagal, maka saya masih punya cadangan dana / modal lagi sebesar 300rb. Bayangkan jika dana 700rb tadi diputar lagi dan semuanya merugi, maka habislah dana saya. Itulah inti ajaranya kedua Ayah saya.
Alhamdulillah pada putaran kedua, dari modal 400rb, berubah menjadi 800rb. Lagi-lagi saya tabung 400rb, 400rb sisanya saya putar ulang lagi. Pada putaran ketiga, modal 400rb itu menjadi 1,2 juta. Pada putaran kelima modal saya menjadi 800rb, itulah yang saya putar terus hingga hari  ini.
Alhamdulillah, dari modal mesin jahit 1 (itupun pinjam), kini telah menjadi 8 mesin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI