Mohon tunggu...
Suryadi Maswatu
Suryadi Maswatu Mohon Tunggu... Jurnalis - Kita sama, kita satu, kita indonesia

Kemiskinan Sejati bukanlah semalam tanpa makan, Melainkan sehari tanpa berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kampus "Surga" bagi Mahasiswa Jadikan Ladang Narkoba

9 Juni 2023   08:52 Diperbarui: 9 Juni 2023   09:05 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar (ist).

Kampus "Surga" Bagi Mahasiswa Jadikan Ladang Narkoba

Oleh : Suryadi Mas (Wakil Sekretaris Umum HMI Cabang Makassar)

MAKASSAR - Sungguh nikmat menjadi mahasiswa hedonisme, gugur satu tumbuh seribu. Itu ungkapan yang tepat untuk menggambarkan tabiat dan perilaku busuk yang kian "telanjang" merusak moral bangsa. Hehehe......

Padahal mahasiswa adalah antitesis segala yang mustahil. Mereka generasi mudah sepucuk surat bagi masa depan, kaki langit adalah tapal batas untuk ditaklukkan.

Ingat!, Mahasiswa bukan generasi yang lahir untuk mengelap cerita lawas, mahasiswa anak masa depan yang mencoba mengarungi abad yang buas.

Mahasiswa sejatinya memikirkan masa depan bangsa dengan kondisi saat ini. Namun, apa jadinya jika mahasiswa sudah terjebak pada kondisi sempit. Revolusi yang menjadi berbincangan hanya di warung kopi, perubahan yang diimpikan hanya diatas kasur dengan mimpi indah.

Apa mungkin Kampus saat ini justru dianggap sebagai tempat paling aman atau "Surga" mahasiswa yang masih terlibat dalam bisnis peredaran narkoba di Kota Makassar. Pasalnya, masih ditemukan kasus tindak pidana narkotika yang dikendalikan oleh calon Sarjana.

Publik menanti kepastian kampus mana yang kategori peredaran barang haram? Karena Penemukan "bunker" atau penyimpanan narkoba di Perguruan Tinggi akan menjadi bom waktu di negeri ini. Betapa tidak, peredaran barang haram ini sudah sampai di tempat-tempat yang justru dianggap aman seperti kampus.

Kini saatnya moralitas mahasiswa harus dibina 1000 tahun lagi. Tujuanya agar sadar hak dan tanggung jawab. Agar mengetahui bahwa  Kampus sebagai institusi pendidikan menjadi ladang subur bagi para calon sarjana untuk menyemai benih demi meraih masa depan yang lebih baik.

Ladang subur bukan istilah semata atau metafora kosong. Istilah ini nyata untuk mengambarkan mudahnya pengedaran narkoba di kampus.

Perguruan tinggi mestinya menjadi garda terdepan memanusiakan manusia. Faktanya jauh panggang dari api, perguruan tinggi malah menjadi persemaian subur bagi mahasiswa.

Alangkah celakanya, Kampus seakan menjadi ladang "Surga" bagi mahasiswa calon intelektual yang melacurkan diri dengan menyelundupkan barang haram berupa narkoba.

Ironisnya, bagi banyak kalangan, kampus adalah tempat merajut masa depan mahasiswa yang lebih baik. Namun, mirinya di kampus pula oknum mahasiswa pengikut "Dajjal" menjadikannya bak "surga" untuk kenikmatan peredaran dan penggunaan narkoba.

Barang haram ini begitu mudah dan bebas didapatkan, seperti saat Polisi menemukan "bunker" atau penyimpanan narkoba di salah satu kampus di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Bunker tersebut berupa brankas yang menyimpan barang bukti narkoba jenis sabu di dalam kawasan kampus. Entahlah kampus mana, yang jelas bukan kampus sembarang kampus. Bahkan bukan kampus kaleng-kaleng yang masuk abal-abal. Karena jelas tersirat bahwa kampus ternama, itu artinya bisa ditebak kampus dengan label terbesar dan terkemuka.

Narkoba menjamah berbagai kalangan. Dunia kampus gudangnya para intelektual berada. Di sana, narkoba bergerak senyap tetapi masif. Narkoba menggeliat dari tangan bandar besar hingga ke para kaki tangan mahasiswa di dalam kampus. Mereka yang berada di kampus tahu, tetapi memilih tutup mata.

Sebagai salah satu kejahatan luar biasa, peredaran narkoba masih saja merajalela. Daya rusak bagi masa depan bangsa pun semakin mencemaskan, lantaran ia kian agresif menyandera kaum milenial dengan kenikmatan palsu yang mematikan.

Para bandar narkoba memang tidak mengenal masa. Sejak dulu, mereka terus menggelontorkan barang terlarang itu ke pasaran. Demi fulus dalam jumlah tak terbatas, mereka tak peduli akan derita berkepanjangan para korban. Demi keuntungan gila-gilaan, mereka tega menjerumuskan nasib bangsa ke jurang kehancuran.

Kita tidak mau punya generasi yang rapuh akibat narkoba. Kita harus menyelamatkan anakanak bangsa, termasuk generasi milenial, dari cengkeraman narkoba supaya negara ini punya masa depan.

PERANG terhadap narkoba sepertinya akan menjadi perang yang tidak pernah akan berakhir. Dari hari ke hari, bulan ke bulan, dan tahun ke tahun gejala penyalahgunaan dan penyelundupan narkoba bukannya semakin menurun, melainkan justru semakin meningkat.

Peningkatannya pun berlangsung bukan sekadar dalam deret hitung, melainkan dalam deret ukur, secara eksponensial, sangat mengerikan dan masif. Terlalu mudah bagi kita, hari-hari ini, untuk menyebut contoh mengenai siapa, kapan, di mana, dan bagaimana penyalahgunaan dan penyelundupan narkoba berlangsung

PERANG melawan peredaran dan penyalahgunaan narkoba ialah ikhtiar tiada henti dalam menaklukkan salah satu kejahatan luar biasa. Kita tak boleh lelah, apalagi kalah, kendati mendapat perlawanan dari pengedar hingga bandar. Bandar narkoba semakin brutal.

Mereka nekat melakukan perlawanan terbuka terhadap aparat keamanan. Bahkan, mafia narkoba tidak lagi segan-segan berkeliaran. Perang terhadap mafia narkoba pada tahap tindakan harus berkorelasi erat, sangat erat, dengan vonis pengadilan.

Perang melawan bandar narkoba jangan sampai cuma gegap-gempita pada saat penangkapan, tapi sunyi senyap di ruang sidang. Jika itu yang terjadi, percayalah, rakyat tidak pernah lelah memberikan dukungan memerangi bandar narkoba.. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun