Mahasiswa memang  menjadi tulang punggung dari perkembangan bangsa dan negara ini oleh karena itu tidak salah mahasiswa menjadi orang yang kritis dalam menyikapi persolan yang terjadi di negeri ini. Hal ini wajar saja mengingat mahasiswa memang menjadi salah aktor perubahan bangsa kita dari dulu hingga sekarang.
Lantas bagaimana pemuda dan mahasiswa bangkit dari "mimpi indah" yang panjang?. Tentu saja harus bergerak menyikapi kondisi sosial agar jejak pergerakan kembali ke "marwah" sesuanggunya yang telah dirintis generasi pahlawan aktivis mahasiswa terdahulu.
Jika menekok pada lembaran sejarah. Telah terukir dalam tinta emas, pergerakan mahasiswa yang dikenal dengan "parlemen" jalanan terus bergelorah meneriakan suara-suara bebenaran.
Dunia pergerakan mahasiswa di indonesia sudah melahirkan sejumlah tokoh yang kharismanya tetap lekat di ingatan dari zaman ke zaman.
Gerakan mahasiswa bersama pemuda tahun 1928, 1945, 1966, 1974, hingga 1998 yang berperan dalam menurunkan presiden Soekarno dan Soeharto misalnya melahirkan Soe Hok Gie.
Tokoh demonstran yang mati muda dan buah pikirnya menjadi teladan banyak kaum muda. Lebih dari seorang demonstran, Soe Hok Gie dikenang bukan saja karena aktivitas politiknya, tetapi juga idealisme kemanusiaan yang tidak terbelenggu identitas rasial yang disandangnya.
Kini saatnya momentum hari Sumpah pemuda 28 Okrober 2019. Menjadi instrumen perubahan agar menjadi kekuatan bagi mahasiswa. Dimana mahasiswa dan pemuda sebagai representasi gerakan kaum menengah intelektual merupakan alat perjuangan.
Mengingat saat ini, mahasiswa sebagai agen perubahan berubah drastis. Alat itu kini sudah mulai tumpul bersamaan dengan dominasi warna politik di kalangan mahasiswa dan hampir semua gerakan mahasiswa dan pemuda lainnya. Musti diakui, gerakan mahasiswa dan pemuda pasca 1998 telah kehilangan ruh perjuangannya.
Idealisme ekstraparlementer, gerakan politik moral, dan produktivitas intelektual kini hanya mampu diwiridkan tanpa pernah hidup di dalam sanubari anak negeri.
Besar harapan agar mahasiswa dan pemuda yang semestinya mengambil peran kepeloporan kembali le jalan yang benar-benar lurus, jangam seolah kehilangan keberdayaannya. Di tengah kelesuan gerakan mahasiwa, kita merindukan gagasan visioner baru yang kontekstual dengan kondisi kebangsaan saat ini.
Sudah waktunya mengembalikan ruh perjuangan gerakan mahasiswa sebagai sentrum gerakan pencerahan dan laboratorium intelektual demi melahirkan pemimpin muda yang visioner, bermoral, dan berintegritas.