Mohon tunggu...
Suryadi
Suryadi Mohon Tunggu... -

Saya menulis dengan sikap rendah hati. Saya hanya berharap dari apa yang saya tulis, orang lain akan beroleh manfaat, walau mungkin hanya secuil. Dan saya berharap dari manfaat yang diperoleh orang lain dari tulisan saya itu, Tuhan Yang Maha Kuasa akan berkenan membalasnya dengan menunjukkan jalan kebenaran dalam hidup saya. (Personal page: http://www.universiteitleiden.nl/en/staffmembers/surya-suryadi).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

PPI Belanda di Zaman Orde Lama

8 Juli 2016   16:08 Diperbarui: 19 Juli 2016   05:55 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Pelajar Indonesia di Belanda, 1951. (Sumber: De Evenaar, 5e Jaargang, No. 2, November 1951: 20).

Pembantu: Sdr. Sutari Prawiro-Widjojo

Alamat Sekretariat: Aoude Vest 35, Leiden, telp. 25183 (Ganeça, No. 2, Tahun ke-V, Februari 1957: 22). 

Masa kerja Pengurus PPI Belanda adalah selama satu tahun. Pada tahun-tahun berikutnya, susunan kepengurusan lebih kompleks dibanding tahun-tahun awal berdirinya organisasi ini. Demikianlah umpamanya, susunan kepengurusan PPI Belanda periode 1956/1957 adalah sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3: Susunan Pengurus PPI Belanda periode kepengurusan 1956/1957. (Sumber: Ganeça, No. 1, Tahun ke-V, Desember 1956: 23).
Gambar 3: Susunan Pengurus PPI Belanda periode kepengurusan 1956/1957. (Sumber: Ganeça, No. 1, Tahun ke-V, Desember 1956: 23).
Terbitnya Majalah PPI Belanda: Ganeça

Pada bulan Juni 1952, terbitlah nomor pertama majalah Ganeça yang disebut sebagai “Madjalah Persatuan Peladjar Indonesia (PPI)” (Gambar 4). Kelahiran majalah ini diberitakan dalam majalah Chattulistiwa/De Evenaar, 5e Jaargang, No. 8, Juli/Aug[ustus]/Vacantienummer 1952: 4. Ganeça berfungsi sebagai forum komunikasi dan “gelanggang pertukaran pikiran” di kalangan anggota PPI Belanda. Majalah ini berisi laporan mengenai berbagai kegiatan PPI Belanda, baik pusat maupun cabang-cabang, dan hal-hal yang terjadi dengan anggotanya (seperti berita keluarga, kelulusan, dan mahasiswa yang datang dan lulusan yang meninggalkan Belanda), artikel-artikel seni-budaya, dan berita-berita mengenai Tanah Air.

Gambar 4: Images sampul Ganeça: Madjalah Persatuan Peladjar Indonesia (PPI) Belanda. (Courtesy: Leiden University Library, Belanda).
Gambar 4: Images sampul Ganeça: Madjalah Persatuan Peladjar Indonesia (PPI) Belanda. (Courtesy: Leiden University Library, Belanda).
Berdasarkan investigasi terhadap eksemplar-eksemplar Ganeça yang sekarang masih tersimpan di Cornell University Library, Amerika Serikat, dan Leiden University//KITLV Library, Belanda, dapat diketahui bahwa pada tahun-tahun awal, majalah ini terbit sekali sebulan. Di masa Kepengurusan PPI Belanda periode 1956/1957, yang terpilih berdasarkan Kongres Tahunannya yang diadakan di Wassenaar pada tgl. 20 November 1956, Ganeça tampil dalam format baru. Dalam Ganeça, No. 1, Tahun ke-V, Desember 1956: 5, Redaksi mengumumkan bahwa majalah ini “akan terbit 6 kali dalam tahun perhimpunan 1956-1957”. Selengkapnya tentang pengumuman Redaksi itu dapat dilihat dalam Gambar 5.

Gambar 5: Pengumuman Redaksi Majalah Ganeça yang memberitahukan beberapa perubahan kebijakan Redaksinya mulai tahun 1956. (Sumber: Ganeça, No. 1, Tahun ke-V, Desember 1956: 5).
Gambar 5: Pengumuman Redaksi Majalah Ganeça yang memberitahukan beberapa perubahan kebijakan Redaksinya mulai tahun 1956. (Sumber: Ganeça, No. 1, Tahun ke-V, Desember 1956: 5).
Pimpinan dan anggota Redaksi Ganeça dipilih dari anggota Pengurus pusat PPI Belanda dan dari kalangan mahasiswa (anggota PPI) sendiri. Oleh karena tidak seluruh eksemplar Ganeça dapat ditemukan sekarang, agak sulit mengetahui nama-nama yang pernah menjadi pemimpin redaksi majalah ini. Yang jelas, sampai 1955 Pimpinan Redaksi Ganeça dijabat oleh Lauw Chuan Tho dan Soetadi Soekarja. Tahun 1956, pimpinan Redaksi dijabat oleh M.D. Rachman, dan sejak Juli tahun itu juga beralih ke Mh. Satar Kartakusuma, karena M.D. Rachman mengundurkan diri (Ganeça, No. 2, Tahun ke-III, Djanuari/Februari 19551: 1; Ganeça, No. 3, Tahun ke-IV, April/Mei 1956: 1, 6). Namun, pada akhir 1956 sampai 1957 Pimpinan Redaksi Ganeça  beralih lagi ke orang lain, yaitu M.S. Tjondronegoro dan R. Kasim (lihat: Ganeça, No. 1, Tahun ke-V, December 1956:1). Redaksi Ganeça berkantor di Rotterdam. Sementara Tata Usaha-nya pernah berkantor di Amsterdam dan Rotterdam. Belum ditemukan informasi kapan persisnya nomor terakhir Ganeça terbit. Namun, tampaknya majalah ini masih terbit sampai akhir 1967.

Keadaan mahasiswa Indonesia di Belanda tahun 1950an dan 1960an

Tahun 1950an, ketika hubungan Indonesian dengan Belanda sudah berangsur baik, namun masih ada masalah menyangkut Status Irian Barat, mahasiswa Indonesia yang belajar di Belanda meningkat lagi jumlahnya. Para mahasiswa bangkit, mengorganisasikan diri, dan berusaha memperbaiki keadaan yang begitu buruk, bahkan nyaris vakum, selama Perang Dunia II dan selama Revolusi Kemerdekaan Indonesia.

Secara umum dapat dikatakan bahwa pada masa itu, di Belanda sudah banyak juga perhimpunan-perhimpunan pelajar dan pemuda Indonesia, baik yang bersifat umum maupun khusus, baik yang berasal dari kalangan pelajar maupun dari kalangan orang biasa (imigran Indonesia dari berbagai profesi yang berada di Belanda). Pada era 1950an itu, untuk kategori organisasi pelajar, ROEPI (Roekoen Peladjar Indonesia), yang berdiri tahun 1936, masih tetap eksis, tapi namanya ditulis dengan ejaan baru: RUPI (Rukun Peladjar Indonesia). RUPI, yang memiliki cabang di beberapa kota, adalah paguyuban pelajar yang bersifat non politis, lebih menekankan kegiatannya dalam lapangan sosial dan kebudayaan.

Demikian juga halnya dengan Chung Hwa Hui (CHH), perkumpulan pelajar Indonesia keturunan Tionghoa. CHH adalah organisasi yang sangat solid. Anggotanya cukup banyak dan mereka memiliki persatuan dan ideologi yang kuat serta didukung oleh dana yang cukup. Klaas Stutje dalam artikelnya “The Complex World of the Chung Hwa Hui: International Engangement of Chineses Indonesian Peranakan Students in the Netherlands, 1918-1931”, Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 171(4), 2015: 516-542, mengatakan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun