Mohon tunggu...
Suryadi
Suryadi Mohon Tunggu... -

Saya menulis dengan sikap rendah hati. Saya hanya berharap dari apa yang saya tulis, orang lain akan beroleh manfaat, walau mungkin hanya secuil. Dan saya berharap dari manfaat yang diperoleh orang lain dari tulisan saya itu, Tuhan Yang Maha Kuasa akan berkenan membalasnya dengan menunjukkan jalan kebenaran dalam hidup saya. (Personal page: http://www.universiteitleiden.nl/en/staffmembers/surya-suryadi).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Patung Kepala Bung Karno yang Pertama (1950)

2 Juli 2016   06:03 Diperbarui: 18 Juli 2016   01:53 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak kenal Bung Karno. Kepopuleran Presiden Republik Indonesia yang pertama itu tidak hanya sebatas dalam negeri dan regional, tapi juga telah mendunia. Kekaguman banyak orang mungkin beralasan: beliau berhasil “menciptakan” sebuah bangsa, yang alhamdulillah sampai sekarang masih eksis dan masih mampu bertahan dari godaan "setan-setan" yang selalu hendak menggenggam dunia, dari serpihan-serpihan ratusan puak, yang tinggal berjauhan diselang-selingi oleh laut dan selat, yang ringkih akibat dihisap ratusan tahun oleh kolonialisme Barat. Ia menciptakannya dengan mulutnya yang lancar berbicara, sering berapi-api, dibantu oleh bambu runcing dan senjata-senjata tua peninggalan para penjajah yang tak sempat mereka bawa ke negerinya.

Bila kita rajin membolak-balik surat kabar-surat kabar dan majalah-majalah lama dari periode revolusi kemerdekaan hingga menjelang berakhirnya Orde Lama, maka kita akan mendapat kesan betapa populernya Bung Karno. Foto-fotonya, sendiri, dengan Ibu Fatmawati, dengan keluarga, dan dengan para politisi dalam dan luar negeri, dicetak dan diperjualbelikan untuk umum. 

Bahkan pin dengan gambar Presiden Sukarno juga dijual di mana-mana. Orang-orang bangga menyematkan pin itu di baju mereka. Kita tahu pula, beberapa biografi Sukarno sudah ditulis oleh penulis dalam dan luar negeri, baik semasa beliau masih hidup maupun setelah meninggal. Begitu juga menjadi objek seni lukis: wajah Bung Karno sering dilukis oleh pelukis-pelukis ternama.

Dengan kata lain, Bung Karno sudah lumrah menjadi objek dunia seni. Namun, mungkin jarang orang mengetahui bahwa Bung Karno juga pernah menjadi objek seni patung. Kita tentu maklum, bahwa masyarakat Indonesia tidak begitu antusias dengan seni patung karena terkait dengan agama Islam yang dianut oleh mayoritas penduduknya.

 Ajaran Islam tidak memberi peluang kepada perkembangan seni patung, khususnya yang memakai objek manusia. Adalah dianggap dosa apabila seorang pemimpin, misalnya, diabadikan dalam bentuk patung, karena seni patung dianggap bisa mendekatkan umat Islam kepada penyembahan berhala.

Akan tetapi, ternyata Presiden Sukarno pernah diabadikan dalam bentuk pantung. Hal itu dilakukan pertama kalinya oleh seorang pematung Amerika Serikat berdarah Jepang, Isamu Noguchi pada tahun 1950. Ia telah membuat patung kepala Presiden Sukarno, sebagaimana dapat dilihat dalam foto di atas. Sumber foto ini, dan teks yang disalin di bawah, adalah Madjalah MERDEKA, No. 11 Th. III, 25 Maret 1950: 18.

Teks yang menyertai foto ini berbunyi sebagai berikut (ejaan disesuaikan; cetak miring oleh Suryadi):

KEPRESIDENAN: Bung Karno Diabadikan

Presiden Indonesia Serikat bermacam-macam kewajibannya. Urusan-urusan negara adalah kewajibannya yang utama. Akan tetapi di samping urusan negara, ada juga kewajiban sosial dan lain-lain yang perlu dipenuhinya. Dalam kewajiban lain-lain itu termasuk duduk diam saban hari satu jam lamanya, tujuh hari berturut-turut. Sudah sering Bung Karno duduk diam untuk orang-orang seni lukis, akan tetapi baru sekali ini beliau duduk diam untuk seorang seni[man] pahat. Memang banyak sudah Indonesia dikunjungi oleh seniman luar negeri, tapi kunjungan seorang ahli pemahat patung kiranya baru kali ini.

Seni pahat Noguchi. Isamu Noguchi, seorang seniman seni pahat, warga Amerika Serikat, dilahirkan dari ibu Amerika dan bapak Nippon. Ayahnya adalah Noguchi, seorang penyair kenamaan dan kini masih tinggal diam di Nippon. Isamu sendiri berdiam di Amerika Serikat. Ia menginjak bumi Indonesia kira-kira sebulan yang lalu, dan berhasrat mengabadikan kepala Negara kita yang masih muda ini. Dan sebagaimana seorang seniman tulen, Noguchi tidak serampangan saja dapat dan mau menciptakan sesuatu. Ia tertarik [kepada] Bung Karno, dan sebelum meninggalkan Indonesia lagi, sudah mesti selesai patung Presiden RIS ini.

Kepada ilham seni ini, Bung Karno memberikan jaw[ab]an tegas. Beliau bersedia melowongkan waktunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun