Mohon tunggu...
Irwan Surya Dhanny
Irwan Surya Dhanny Mohon Tunggu... -

Melawan arus agar tak bermuara di lautan || Pengajar di IAIN Raden Intan Lampung

Selanjutnya

Tutup

Politik

Unek-unek BBM

17 Juni 2013   22:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:52 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau cuma bikin kebijakan menaikkan harga BBM, siapa saja bisa.
Alasannya subsidi 300 T terlalu besar dan tidak semuanya dinikmati rakyat miskin.

Memang benar, subsidi 300 T itu tidak hanya dinikmati oleh rakyat miskin, tapi oleh SELURUH rakyat Indonesia. Bukankah orang kaya, orang miskin, pengusaha, pengangguran, pelajar, mahasiswa adalah rakyat Indonesia juga? Yang punya hak yang sama?

Lantas, apakah saat 300 T itu dikurangi, hasil pengurangan itu benar2 disalurkan untuk rakyat miskin? Bukan untuk...??

Jika memang benar-benar alasannya karena orang kaya yang menikmati, kenapa tidak bikin kebijakan yg langsung disasarkan saja pada orang kaya, seperti menerapkan pajak progresif, pajak yg tinggi pada mobil2 mereka, naikkan tarif parkir, dsb.

Jika ingin menyelamatkan APBN, mengapa tidak melakukan penghematan saja seperti mengurangi anggaran "jalan2" ke luar negeri, belanja mobil dinas, dsb.

Dan satu lagi, mengapa pemerintah tidak berani menaikkan royalti Freeport yang jelas2 merampok emas dan tembaga Papua selama puluhan tahun. Tak terhitung sudah berapa Trilyun diambil sementara Indonesia cuma dijatah royalti 1 persen. Ini baru menaikkan jatah aja tidak berani, apalagi mengusir. begitu juga pada Exxon, Shell, dan perusahan2 asing lainnya.

Jadi, kalau cuma bikin kebijakan menaikkan harga BBM, siapa pun bisa..!! Ga perlu presiden seorang jendral.. Tapi, ini menunjukkan lemahnya posisi tawar Indonesia dari tekanan asing. Oh, Indonesia ku..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun