Salah satunya adalah menggunakan TikTok dan Instagram sebagai sarana menggali informasi dari akun-akun yang memuat konten kesejarahan. Dan sebagai tindak lanjut dari penggunaan kedua media sosial tersebut siswa dapat juga perlu untuk berkreasi membuat konten Infografis atau video pembahasan tentang materi sejarah. Hal tersebut akan membuat pembelajaran sejarah dapat dituangkan kedalam pembelajaran proyek atau Project Base Learning.
Selanjutnya dalam salah satu wujud penyelesaian masalah cara belajar siswa, guru seharusnya mampu mengobservasi kemampuan awal dalam pengetahuan siswa. Pengetahuan awal siswa ini perlu digali untuk memahami dari proses berlanjut dalam pembelajaran. Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul “How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom” memberikan penjelasan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar siswa, berdasarkan 3 aspek. Ketiga aspek tersebut adalah: Kesiapan belajar (readiness) siswa, Minat Siswa, dan profil belajar siswa. Dari ketiga cara tersebut skenario pembelajaran yang berdasar kedalam pembelajaran berdirefensisai kemungkinan besar akan tercapai.
Dari beberapa hal yang sudah dipaparkan diatas, Guru juga wajib memberikan penyesuaian terhadap lingkungan belajar dan gaya belajar karena iklim pembelajaran juga dapat mempengaruhi pola pikir dan minat siswa. Pembelajaran diharapkan dapat menggunakan alat-alat atau perlengkapan tersebut secara efektif dan efisien dalam pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, pembelajaran berdiferensiasi mata pelajaran juga kan terlaksanakan menggunakan gawai mereka apabila keterbatasan ruang (wahana wisata sejarah) bisa dioptimalkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H