Pakan magoot itu sendiri bisa pakan organik, bisa jadi dari lele-lele yang sudah mati, atau dari sampah-sampah masyarakat (sampah makanan, es, dan sebagainya), atau bisa juga dari hasil fermentasi (misalnya, ampas tahu). Magoot termasuk hewan pemakan segala atau biasa disebut omnivora (sayur dimakan, sampah organik dimakan, limbah rumah tangga dimakan, yang busuk dimakan bahkan bangkai pun dimakan).
Tantangan yang menjadi permasalahan dalam masyarakat sendiri yaitu edukasi yang telah disampaikan belum sepenuhnya sampai ke masyarakat. Rata-rata masyarakat disana ketika ada program baru mereka langsung mencibir dan mikirnya yang aneh-aneh. Padahal sudah diberikan kesempatan dan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian mereka sendiri.
Harapan kedepannya, budidaya magoot ini semakin besar, karena hasilnya sangat menjanjikan jika dilihat dari segi manapun. Dalam budidaya magoot ini harus lebih diperhatikan, baik dari segi agama, sosial masyarakat dan lingkungan. Dan semoga mayoritas masyarakat bisa membudidaya magoot agar bisa meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat.
Artikel Ini Dibuat Oleh Mahasiswi Universitas Sriwijaya
Penulis : Surya Lestari
Nim : 06151282126030
Dosen pembimbing
Shomedran, M.Pd
Mega Nurrizalia, M.Pd   Â
Fakultas/Jurusan  : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Pendidikan Masyarakat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H