Mohon tunggu...
Surya Aji Wibisono
Surya Aji Wibisono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo saya adalah seorang Mahasiswa semester 6 dengan minat dibidang Arsitektur

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Gated Communities, antara Rasa Aman dan Kesenjangan Sosial

30 Mei 2024   16:23 Diperbarui: 31 Mei 2024   08:35 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rumah. (Sumber: PEXELS/EZIZ CHERYYEV via kompas.com)

Gated Communities semakin populer di berbagai kota besar di Indonesia karena menawarkan tingkat keamanan dan kenyamanan yang tinggi bagi penghuninya. 

Kompleks perumahan ini menjamin keamanan dengan pagar tinggi dan penjagaan ketat, memberikan ketenangan bagi penghuni. Konsep ini dirancang untuk memberikan privasi dan perlindungan dari berbagai ancaman luar. 

Berbagai fasilitas mewah seperti taman, kolam renang, dan pusat kebugaran sering kali melengkapi lingkungan ini, menciptakan tempat tinggal yang ideal bagi mereka yang mampu membayar lebih. 

Namun, di balik semua kenyamanan ini, ada sisi lain yang perlu diperhatikan. Keamanan dan kenyamanan yang ditawarkan Gated Communities sering kali datang dengan biaya sosial yang tidak sedikit. 

Ketika sebuah komunitas tertutup dari dunia luar, ada potensi bagi penghuninya untuk menjadi terisolasi dari dinamika sosial yang lebih luas.

Dampak Sosial dan Kesenjangan

Upaya untuk menjamin keamanan sering kali bertentangan dengan munculnya kesenjangan sosial di kalangan masyarakat sekitar. 

Penghuni Gated Communities menikmati fasilitas mewah dan lingkungan yang teratur, sementara masyarakat di luar pagar sering kali merasa teralienasi. 

Kontras antara gaya hidup yang nyaman di dalam komunitas tertutup dan kondisi masyarakat di sekitarnya dapat menciptakan perasaan ketidakadilan dan kecemburuan sosial. 

Interaksi sosial yang terbatas antara penghuni dan masyarakat luar juga memperlebar jurang sosial. Pagar dan pengamanan ketat mengurangi peluang untuk interaksi antarkomunitas, membuat penghuni lebih fokus pada dunia internal mereka sendiri. 

Keterbatasan akses ke fasilitas umum seperti lapangan olahraga atau taman yang sebelumnya dapat dinikmati oleh masyarakat sekitar menambah ketegangan dan perasaan eksklusi. 

Beberapa masyarakat mungkin melihat Gated Communities sebagai simbol ketidaksetaraan sosial yang semakin melebar. 

Namun, ada juga pandangan yang lebih nuansir, yang mana beberapa orang yang bekerja di lingkungan tersebut, seperti asisten rumah tangga atau tukang kebun, mendapatkan manfaat ekonomi langsung.

Menuju Keberlanjutan Sosial

Untuk mengatasi dampak negatif ini, penting bagi pengembangan Gated Communities di masa depan untuk memperhatikan keberlanjutan sosial. 

Ini dapat dicapai dengan mempromosikan inklusivitas dan meningkatkan interaksi antara penghuni dan masyarakat sekitar. 

Salah satu cara yang efektif adalah dengan membuka beberapa akses dan mengadakan kegiatan bersama yang melibatkan semua lapisan masyarakat, seperti festival komunitas atau proyek sosial yang bisa dinikmati bersama. 

Mengambil langkah-langkah positif untuk meminimalkan kesenjangan sosial akan membantu menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan inklusif. 

Setiap pengembangan konsep Gated Communities harus dilakukan dengan mempertimbangkan konteks lokal, kebutuhan masyarakat, dan nilai-nilai sosial yang berlaku. 

Keseimbangan antara rasa aman dan integrasi sosial harus menjadi prioritas utama agar konsep ini benar-benar bermanfaat dan berkelanjutan di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun