Mohon tunggu...
surya hadi
surya hadi Mohon Tunggu... Administrasi - hula

Pengkhayal gila, suka fiksi dan bola, punya mimpi jadi wartawan olahraga. Pecinta Valencia, Dewi Lestari dan Avril Lavigne (semuanya bertepuk sebelah tangan) :D

Selanjutnya

Tutup

Cryptocurrency Pilihan

Si Penuh Pesona Bernama Kripto

10 April 2024   15:22 Diperbarui: 10 April 2024   15:27 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama kali yang ingin saya katakan untuk mengawali tulisan ini adalah bahwa saya bukanlah seorang financial planner, ahli keuangan, pakar investasi, investor kelas kakap, pakar IT, pemain saham yang brilliant, atau mungkin  mahluk yang kaya raya karena investasi tepat dimasa lampau. Saya hanya tukang plastic yang dulunya sekolah di STM dan kuliah di akuntansi yang punya cita cita jadi wartawan :D.

Baiklah, hari ini entah kenapa FYP diakun tiktok saya isinya kebanyakan mengenai kripto, terutama adegan dimana seorang investor kripto yang cukup terkenal dengan tagline 'mclaren lu warna ap abos?' sedang berada dipanggung dengan dikelilingi beberapa penari latar yang menggunakan penutup kepala, layaknya seorang kepala sekte tertentu.

Dan jujur, saya baru tahu ketika saya menulis ini kalau ternyata itu adalah acara pembukaan akademi kripto yang mungkin dimiliki si pemilik Maclaren itu.

Kripto belakangan memang memiliki pesonanya sendiri, apalagi untuk beberapa jenis, ada yang nilainya naik dengan sangat signifikan. Walaupun sampai sekarang masih belum bisa dijadikan alat pembayaran yang resmi di Indonesia (belum ada aturannya), namun ada yang menggadang gadang kalau kripto akan menjadi alat pembayaran di masa depan. Bahkan dalam potongan video yang beredar. Dalam potonga pidatonya si pemilik mclaren itu menyarankan untuk membeli asset kripto sebanyak-banyaknya.

Aset Kripto 

Saya pribadi sebagai orang awam dan memang agak bodoh dalam hal IT dan beginiian nih, melihat kripto sebagai investasi yang sangat beresiko dan bahkan saya kira ini adalah fomo yang mengerikan. Jika kripto disebut sebagai asset, lalu naluri saya bertanya diimana assetnya.

Menurut google, dalam akuntansi dikatakan bahwa asset adalah komponen aktiva tercantum dalam laporan neraca dan dibandingkan jumlahnya dengan passiva (liabilitas dan ekuitas).

Lalu di mana laporan keuangan atas aset-aset kripto tersebut?

Halah, mungkin bagi generasi sekarang yang entah namanya generasi apa, saya ini hanya mahluk kolot, ketinggalan zaman, sok tahu, mahluk jaman batu.

Ya... memang, toh modal saya cuma logika.

Jika saya membeli sebuah saham Perusahaan, maka terlihat secara kasat bahwa Perusahaan tersebut ada dan bergerak sesuai dengan industrinya masing masing. Ada usaha yang dilakukan, laporan keuangan, ada assetnya, dan yang pasti ada bisnis di sana. Transaksi jual dan beli, yang juga cuma ada dua jenis, yaitu barang dan jasa.

Lalu kripto?

Saya tidak paham bagaimana asset kripto bisa disebut asset karena setahu saya tidak ada kegiatan usaha yang terlihat secara fisik di sana.

metro.batampos.co.id
metro.batampos.co.id

Saya sendiri beranggapan bahwa crypto tidak lebih dari soal supply dan demand. Dimana ketika permintan tinggi namun barangnya terbatas, maka tentu harganya akan naik. Bisa dibayangkan bila suatu saat tidak ada lagi yang tertarik dengan kripto.

Hmm.. saya mencoba mengingat apa yang pernah saya baca pada harian Kompas ketika Piala Dunia 2006 di Jerman dulu. Kala itu (seinget saya) harian Kompas menulis berita mengenai bisnis prostitusi yang meningkat di Jerman selama gelaran piala dunia di sana.

Selama ada permintaan, supply pasti akan selalu ada kan

Lalu bagaimana jika suatu hari tidak ada demand di kripto....

Ah, ya sudahlah, saya Cuma orang kolot.. :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cryptocurrency Selengkapnya
Lihat Cryptocurrency Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun