Dua hari terakhir, viral sebuah video yang memperlihatkan seorang istri yang dengan kejamnya memukul suaminya yang sepertinya lumpuh dan terkena stroke. Sang suami yang tidak bisa berbicara dengan jelas, hanya bisa meraung kesakitan layaknya anjing yang di siksa,
Ketika melihat itu, saya hanya bisa menarik nafas panjang, lalu menutup mata sejenak.
Saya teringat feed seseorang yang saya follow instagramnya yang pernah. Dalam feednya, dia pernah menuliskan bagaimana suaminya sangat setia mendampinginya dalam masa kehamilan pertamanya, memenuhi keinginannya yang mungkin aneh, hingga tetap setia disampingnya ketika mungkin tubuhnya merasakan sakit yang tidak mengenakkan.
"Dalam sehat ataupun sakit.." begitu jawaban suaminya ketika ia meminta maaf karena sering merepotkan suaminya dalam masa-masa kehamilan pertamanya.
Kepala saya terbang, mengingat beberapa moment pernikahan teman saya, terutama ketika pemberkatan mereka di gereja yang  saya hadiri. Ada moment di mana kedua mempelai mengucapkan janji setia mereka di hadapan Tuhan Yang Maha Esa dan Gereja bahwa mereka akan tetap saling setia baik dalam senang dan susah, ataupun sehat dan sakit.
Sekali lagi : "Dalam senang  dan susah, ataupun sehat dan sakit."
Video tersebut bagi saya menggambarkan bahwa ujian sesungguhnya pernikahan mungkin adalah ketika dimana salah satu di antara kita (anda dan pasangan) tidak lagi sehat dan berfungsi sebagaimana mestinya. Di mana salah satu di antara kita mungkin harus menjadi seorang yang berbesar hati untuk mengalah dan menyingkirkan semua ego dan keinginan kita, lalu menjadi pelayan yang setia bagi pasangan kita yang mungkin sudah tidak seperti ekspektasi kita ketika kita menikahinya.
Mungkin dia sudah tua dan jelek.
Mungkin dia sudah tidak bisa lagi di ajak berbicara dan bercerita.
Mungkin dia sudah tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan kita baik secara lahiriah dan batiniah.