Mohon tunggu...
surya hadi
surya hadi Mohon Tunggu... Administrasi - hula

Pengkhayal gila, suka fiksi dan bola, punya mimpi jadi wartawan olahraga. Pecinta Valencia, Dewi Lestari dan Avril Lavigne (semuanya bertepuk sebelah tangan) :D

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Adriano Leite, "La'Emperor" yang Berakhir Error

20 April 2018   17:06 Diperbarui: 20 April 2018   17:11 1325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Siapa pemain terbaik yang pernah menjadi rekan setim saya? Tentu aja dia adalah Adriano. Dia seperti binatang dan seharusnya bisa melakukan lebih."

Ucapan tersebut keluar dari seorang Zlatan Ibrahimovic yang sangat menyayangkan karir gemilang Adriano yang sangat singkat. Ibra dan Adriano memang pernah bermain bersama pada awal tahun 2000-an, tepatnya di musim 2006/2007 ketika Ibra memutuskan hijrah dari Juventus yang harus terdegradasi karena skandal Calciopoli bersama dengan Patrick Viera.

Bagi yang mengikuti sepak bola di awal tahun 2000 an nama Adriano Leite memang tidak asing, ia bahkan sempat di gadang gadang bakal menjadi Ronaldo baru di Inter Milan.

Karir Adriano di ranah Italia di awali bersama Parma sebagai pemain pinjaman dari Inter Milan. Bersama tim berjuluk biru kuning itu, Adriano berhasil mencetak 26 gol dari 45 pertandingan yang di mainkannya selama 2 musim disana. Inter yang merupakan pemilik asli Adriano pun akhirnya memanggilnya pulang dan secara perlahan mulai mempercayakan satu tempat di lini depan untuk pemain muda tersebut.

"Kami bermain dalam pertandingan persahabatan melawan Real Madrid, dia mencetak gol yang mengesankan, saya mengatakan pada diri sendiri, 'Javier, ini benar Ronaldo baru! Dia punya segalanya. Dia memiliki kekuatan, teknik, menggiring bola, kecepatan, tendangan, sundulan yang bagus," -Javier Zanetti dikutip dari indosport.com.-

Adriano memang merupakan salah satu pemain depan terbaik saat itu. Kecepatan, dribble hingga tembakannya yang keras menjadi alasan mengapa ia sangat di takuti oleh para pemain belakang lawan. Ia pun mendapat julukan L'Imperatore/Sang Kaisar dari pendukung Inter Milan. 

Berkat penampilan gemlangnya, ia pun di panggil memperkuat Timnas Brazil di tahun 2005 untuk mengikuti Piala Konfederasi. Pemanggilannya pun berbuah manis, ia berhasil mengantar Brazil menjadi Juara Piala Konfederasi dan menjadi top skorer pada ajang tersebut dengan mencetak 5 gol.

"Dia adalah binatang. Dia bisa menembak dari segala posisi, tak ada yang bisa sepertinya. Entah dengan menekelnya, tak ada yang bisa merebut bola darinya, dia sungguh binatang". --Zlatan Ibrahimovic-

Alcohol dan Kematian Sang Ayah

Sayang, kebiasaan Adriano yang suka berpesta dan mengkomsumsi alcohol berdampak signifikan terhadap penampilannya yang terus menerus turun di lapangan. Karirnya makin hancur ketika ayahnya meninggal dan membuatnya semakin depresi.

"Ketika ia menerima telepon mengenai ayahnya, saya ada bersamanya. Ia melempar telepon tersebut dan mulai menjerit. Anda tidak bisa membayangkan jeritan seperti itu, saya merinding sampai hari ini. Sejak hari itu (Massimo) Moratti dan saya sendiri mengawasinya karena dia sudah saya anggap sebagai adik saya." Javier Zanetti dikuitip dari indosport.com.

Mantan Kapten Inter Milan tersebut juga sangat menyesalkan dan merasa sangat bertanggung jawab atas turunnya performa Adriano.

"Saya tidak mampu mendorongnya (Adriano) keluar dari rasa depresinya. Dan saya merasa itu adalah kesalahan terbesar saya. Saya benar benar merasa tidak berdaya. "

Selepas dari Inter, Adriano pun kembali ke Brazil dan bermain untuk Sao Paolo dan Flamengo. Di musim 2010/2011, ia sempat kembali ke Italia bersama AS Roma setelah sempat menjadi top skorer di Liga Brazil bersama Flamengo di musim 2008/2009. Sayang comeback nya ke tanah Italia tidak berjalan mulus. 

Selama 1 musim di tim berlambang serigala tersebut, ia hanya bermain sebanyak delapan kali di berbagai kompetisi tanpa mencetak satu gol pun hingga akhirnya ia kembali pulang ke Brazil lalu menutup karirnya yang penuh depresi,alcohol dan obat obatan di musim 2014 bersama Miami United di Amerika Serikat.

Sang Kaisar harus menerima kenyataan pahit dalam karirnya yang sebetulnya gemilang namun hanya berjalan singkat. Ia tidak mampu mempertahankan performa terbaiknya berkutat dengan depresi yang tidak kunjung habis. Kehancuran mentalnya menjatuhkannya telak dari karir gemilang yang di bangunnya dari bawah. 

"50 persen dari semua hal yang Anda lakukan terjadi karena faktor mental. Jika Anda tak punya hal itu di kepala Anda, akan sulit." --Zlatan Ibrahimovic-

Sumber : 12345

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun