Sejujurnya, ketika vonis hakim di bacakan selasa lalu, saya teringat pada sebuah kejadian yang juga menyedot perhatian belum lama ini dalam dunia sepakbola. Pada hari minggu 30/04/2017, dalam pertandingan antara Cagliari melawan Pescara, gelandang Pescara Sulley Muntari mendapat teriakan bernada rasis dari salah satu sektor di stadion, sehingga ia pun melaporkan kejadian tersebut kepada wasit dan meminta wasit untuk menghentikan pertandingan. Namun yang di dapat malah kartu kuning dari wasit karena menganggapnya melakukan protes berlebihan.
“Saya seperti diperlakukan sebagai seorang penjahat. Mengapa saya dihukum ketika saya menjadi korban rasisme? Semoga kasus saya ini bisa membantu agar pesepakbola lain tidak menderita nasib seperti saya. Semoga ini bisa menjadi titik balik di sepakbola Italia, bahwa Anda harus teguh pada hak-hak Anda.” – Sulley Muntari (dikutip dr fourfour two.com)
Saat ini, Muntari dan Ahok bisa di bilang berada di posisi yang sama, yang mana mereka adalah korban yang mencoba melawan dari kejinya SARA, namun malah mendapat hukuman. Kartu kuning untuk Muntari kabarnya akan di batalkan, namun hal itu tidak mungkin berlaku bagi Ahok yang saat ini mendekam di tahanan, toh hukum di sepak bola memang tidak bisa di samakan dengan hukum negara. Tapi yang pasti perlawanan mereka akan dicatat dan akan menjadi pelajaran berharga bahwa SARA memang harus dilawan, apapun konsekuensinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H