Mohon tunggu...
surya hadi
surya hadi Mohon Tunggu... Administrasi - hula

Pengkhayal gila, suka fiksi dan bola, punya mimpi jadi wartawan olahraga. Pecinta Valencia, Dewi Lestari dan Avril Lavigne (semuanya bertepuk sebelah tangan) :D

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Cerita Mereka Melawan SARA

13 Mei 2017   13:01 Diperbarui: 13 Mei 2017   15:34 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Putusan pengadilan Negeri Jakarta Utara selasa 9/05/2017, terhadap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mendapat berbagai respon. Ada massa yang mendukung putusan tersebut, namun ada juga massa yang menganggap putusan tersebut tidak adil dan tak lebih dari politisasi, apalagi tak lama setelah putusan tersebut, ketiga hakim tersebut mendapat kenaikan pangkat, yang seolah semakin menimbulkkan kecurigaan.

Namun, terlepas dari benar atau tidaknya putusan tersebut, proses hukum masih akan terus berjalan, toh Ahok dan kuasa hukumnya telah mengajukan permohonan banding, yang pasti akan membuat kasus ini semakin menarik perhatian, bukan hanya di Indonesia, namun juga di dunia Internasional. Putusan pengadilan tersebut di anggap mengancam kebebasan berpendapat serta pluralisme yang harusnya sedang di jaga di Indonesia. Bahkan Badan HAM PBB dalam cuitannya meminta Indonesia untuk mengkaji ulang UU penodaan agama.

source : https://news.detik.com/berita/d-3497449/sorotan-internasional-di-kasus-ahok-dari-dubes-inggris-sampai-pbb
source : https://news.detik.com/berita/d-3497449/sorotan-internasional-di-kasus-ahok-dari-dubes-inggris-sampai-pbb
Statement Ahok dalam ceramahnya di Kepulauan Seribu yang menjebloskannya ke penjara, memang bisa di bilang statement yang salah. Toh kalau di tilik lagi, kunjungannnya ke sana adalah untuk meninjau pemberdayaan budi daya ikan kerapu. Untuk hal berikut, saya setuju dengan hakim yang mengatakan bahwa statement Ahok yang menyebut salah satu ayat Al Quran hanya karena asumsinya yang melihat para ibu yang terlihat tidak antusisas sehingga mengingatkannya pada kejadian yang pernah di alaminya di Belitung dulu ketika hendak mencalonkan diri menjadi Bupati tidak bisa di benarkan. Patut di garis bawahi bahwa itu hanya asumsi Ahok.

Namun di sisi lain, saya sadar bahwa ucapan yang di keluarkan Ahok tak lebih dari caranya sebagai seorang yang ingin melawan sentimen yang mengatasnamakan agama hingga ras (SARA) yang belakangan mulai tumbuh subur di Indonesia. Sebagai double minority, ia pastinya telah berkali kali mendapatkan serangan serupa, bahkan hingga mendapatkan ancaman pembunuhan segala.

SARA dan Kebhinekaan Indonesia

Masih ingat statement yang di keluarkan pendiri Soksi Suhardiman pada tahun 2014 dimana Golkar kala itu tengah menggodok wacana pencapresan Ketum Golkar Abdurizal Bakrie.

"Namun ada sesuatu hal yang perlu disampaikan, sebagian besar masyarakat Indonesia adalah Jawa.Siapapun yang akan menjadi presiden pasti orang Jawa. Ini yang perlu dipegang oleh saudara Ical, tapi tampaknya saudara Ical masih ngotot untuk menjadi presiden," kata Suhardiman. Source : http://news.detik.com/berita/2571663/pendiri-soksi-dan-ketum-mkgr-bahas-opsi-golkar-usung-cawapres?993305=

"Jangan mimpi Ical akan menjadi orang pertama di Indonesia, itu berdasarkan sosiologis dan sejarah. Karena sebagian besar orang Indonesia itu Jawa, jadi siapapun yang jadi presiden itu orang Jawa.” Source : http://www.pikiran-rakyat.com/politik/2014/05/02/280002/suhardiman-presiden-indonesia-itu-orang-jawa

Sadar atau tidak, statement Suhardiman seolah menyiratkan bahwa Presiden Indonesia pasti orang Jawa. Padahal, kita semua tahu bahwa Indonesia adalah negara kepulauan yang terbentang dari sabang sampai merauke yang bahkan terbagi atas 3 bagian waktu, bukan hanya Jawa saja . 

Konstelasi politik dalam berbagai ajang pemilihan yang ada di Indonesia, seolah membuka celah dan menjadi rentan di susupi isu isu SARA yang memang paling laku untuk terus di “goreng” di masyarakat, terutama masyarakat menengah kebawah yang tingkat pendidikannya masih rendah

Muntari, Ahok dan SARA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun