Mohon tunggu...
Bola Artikel Utama

Mohamed Salah dan Upayanya Melawan Islamophobia

26 Mei 2018   14:52 Diperbarui: 26 Mei 2018   19:32 2612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mohammed Salah, atau yang akrab di panggil Mo Salah, kini sedang menjadi perbincangan di dunia sepak bola. Di musim pertamanya bersama Liverpool, dia telah melesakkan 43 gol dalam 49 pertandingan di seluruh ajang. 

Dia juga berpeluang membawa Liverpool juara Liga Champions musim 2017/2018 ini dengan catatan mampu menaklukkan Real Madrid di babak final. Dia pun telah terpilih sebagai pemain terbaik Inggris tahun ini melalui voting yang diikuti oleh sesama pemain sepak bola dan Asosiasi Penulis Sepakbola.

Keimanan dan penampilannya di hadapan publik juga telah membuatnya tak hanya menjadi public figure biasa, tetapi juga sesosok figur yang memiliki makna sosial dan budaya yang cukup besar.

Di kala Inggris sedang berjuang melawan islamophobia, dan ketika kebijakan-kebijakan pemerintah telah menciptakan suatu lingkungan yang kurang bersahabat bagi para imigran Muslim di Inggris, Salah hadir sebagai seorang Afrika Utara dan seorang Muslim taat yang tak hanya diterima namun juga dipuja oleh publik.

Salah seolah telah menjadi sebuah ikon. Di Mesir, tanah kelahirannya, dia didaulat dan dianggap sebagai "Harta Nasional". Keberhasilannya membawa Mesir melaju ke putaran final piala dunia untuk yang pertama kalinya sejak 1990 menjadi penyebabnya.

Anda mungkin masih ingat dengan video yang sempat beredar dan viral yang menampilkan detik-detik menegangkan saat Salah mengambil tendangan penalti ketika Mesir melawan Kongo untuk memperebutkan satu tiket sisa ke Piala Dunia 2018.

Dalam video tersbut Salah sukses mengeksekusi penalti di menit-menit akhir pertandingan dan berhasil mengantarkan Mesir ke putaran final Piala Dunia 2018. Bahkan sang komentator dalam video tersebut sampai menangis karena sangking gembiranya.

Sesaat setelah momen menegangkan sekaligus mengharukan tersebut, Salah benar-benar menjadi idola di kampung halamannya. Wajahnya menghiasi dinding-dinding di Kota Kairo dalam bentuk mural yang artistik.

Di pasar, gambar wajahnya menghiasi berbagai jenis produk yang lucunya tidak ada hubungannya dengan sepak bola. mulai dari sprei hingga lentera, yang secara tradisional, di Mesir barang-barang tersebut diberikan sebagai hadiah selama Ramadhan.

Tak berhenti sampai di situ, sensasi Salah bahkan merembet hingga dunia politik. Sekelompok masyarakat di Mesir sampai mendeklarasikan dukungannya kepada Mo Salah untuk mencalonkan diri sebagai Presiden Mesir.

Kehebatan Salah tak hanya sebatas di dalam lapangan saja. Di luar lapangan pun, kehidupannya patut dijadikan contoh.

Secara rutin, Salah turut serta dalam kegiatan amal untuk menyalurkan sumbangan ke kampung halamannya, di sebuah wilayah bernama Nagrig. Banyak hal yang telah dilakukan Salah bagi kampung halamannya di Mesir. Mulai dari sumbangannya dibidang olahraga sendiri sampai di bidang keagamaan, kesehatan, dan ekonomi.

Dari Salah kita belajar untuk tidak perlu takut menunjukkan keimanan kita di hadapan publik, selama kita memiliki andil yang positif bagi lingkungan sekitar kita. Salah tidak segan-segan berlutut dan bersujud dihadapan banyak orang di negara nonmuslim yang sedang diterpa isu islamophobia hanya untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas pencapaian dan keberhasilannya.

Dalam beberapa tahun terakhir, data dari kepolisian Inggris menunjukkan bahwa tingkat kejahatan terhadap kaum Muslim meningkat. Hal ini bisa jadi dipicu oleh serangan teror bermotif agama di Paris pada tahun 2015, di London pada 2016 dan 2017, serta di Manchester pada 2017. Selain itu, sentiment antiimigran yang sering didengungkan oleh media-media mainstream Inggris semakin memperburuk keadaan.

Sementara di Liverpool, hal sebaliknya yang justru terjadi. Liverpool dianggap sebagai kota yang lebih ramah dan bersahabat bagi imigran dan pendatang ketimbang kota-kota lain di Inggris.

Bahkan seorang dokter asal Suriah yang sudah pindah ke Inggris satu dekade lalu dan yang telah tinggal di Liverpool sejak 2010, bernama Radwan Albarbandi mengatakan bahwa Muslim merasa aman dan nyaman tinggal di Liverpool.

Radwan juga menganggap Liverpool sebagai rumah bagi Komunitas Muslim di Inggris. Hal tersebut kemudian diamini oleh seorang Imam Masjid di Liverpool, Abu Usammah Atthababi. Sang Imam mengatakan bahwa Liverpool memiliki sejarah panjang soal menghargai keberagaman.

Namun, bukan berarti Liverpool mempunyai tingkat kasus islamophobia yang benar-benar rendah. Pasca serangan 11 September 2001 di Amerika, polisi harus meningkatkan keamanan di masjid-masjid di Liverpool. Ditambah peristiwa perusakan Masjid yang terjadi di Birkenhead, seberang Sungai Mersey, Liverpool buntut dari peristiwa penyerangan bermotif agama yang terjadi di London pada 7 Juli 2005. Kepolisian Merseyside mencatat kejahatan kebencian meningkat dari 2012 hingga 2016.

Namun, menurut Atthababi, Sang Imam, Salah hadir untuk meredam tekanan-tekanan itu. Para penggemar yang membawa bendera dan spanduk bergambar dirinya, serta nyanyian-nyanyian suporter yang mengelu-elukan namanya, membuat kehadiran Salah bak oase penyegar di tengah isu Islamophobia yang merebak di Inggris. Menurutnya, Salah dapat membantu menjembatani komunitas Muslim dan seluruh kota.

Anda mungkin masih ingat dengan nyanyian pendukung Liverpool yang inti liriknya berbunyi: "Jika Salah terus mencetak gol, maka kami akan memeluk Islam".

Menurut Anwar Uddin, mantan pemain yang sekarang bekerja untuk Federasi Pendukung Sepakbola, hal tersebut dapat meruntuhkan tembok pemisah antara penduduk asli Inggris dengan kaum Muslim imigran di Liverpool. Menurutnya, melihat kebiasaan sederhana Salah seperti bersujud setelah mencetak gol, dapat membantu menghapus stigma buruk yang selama ini melekat pada kaum Muslim di Inggris.

Sedangkan menurut dr. Radwan Albarbandi, Salah mampu memberikan dampak positif, khususnya bagi kaum muda Muslim di Inggris.

"Anda dapat melihat dan merasakan dampaknya. Mereka lebih aktif, lebih terbuka, semangat mereka lebih tinggi. Salah telah menunjukkan bahwa jika Anda mau bekerja keras dan membuktikan diri, tidak akan ada yang menghalangi Anda untuk beribadah, tidak akan ada yang melarang Anda untuk memelihara jenggot. Orang akan menghormati Anda, siapa pun Anda."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun